Kamis, 30 Mei 2013

ANEMIA GIZI




KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ANEMIA GIZI”  dengan baik walaupun masih jauh dari kesempurnaan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang mengajarkan mata kuliah Gizi Kesmas yang telah memberikan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan tugas ini, selanjutnya ucapan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu saya dalam mengerjakan tugas ini sampai selesai.
Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak, sebagai masukan bagi saya dan jadikan tambahan pengetahuan dan pengalaman untuk pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. 


Makassar, 11 JULI 2009

Penulis






DAFTAR ISI

                                                                                                     Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................    i
DAFTAR ISI ..................................................................................      ii
BAB I   PENDAHULUAN ..............................................................       1
A.   Latar Belakang .............................................................       1
B.   Rumusan Masalah .......................................................      2
C.   Tujuan Pembahasan .....................................................          2
BAB II  PEMBAHASAN .................................................................   3
A.   Defenisi Anemia ............................................................  3
B.   Gejala-Gejala dan faktor Penyebap Anemia .................      6
C.   Upaya Pencegahan dan Penanggulangfam Anemia ....   8
BAB III PENUTUP .......................................................................         10
A.   Kesimpulan ...................................................................   10
B.   Saran ............................................................................     10
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................        11


 

 

 

 

 





















































BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah di Indonesia dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (Public Health Problem). Karena Anemia merupakan keadaan dimana jumlah sel-sel darah merah kurang dan kadar hemoglobin (hb) seseorang berada dibawah kadar normal (< 11 mg/dl). Di Indonesia prevalensi anemia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri, 27,9 % diderita oleh Wanita Usia Subur (WUS) dan 40,1 % diderita oleh ibu hamil (Herman, 2006).
Penyebab utama anemia di Indonesia adalah disebabkan oleh multi faktor. Faktor lansung berupa asupan zat gizi yang kurang dan penyakit infeksi (seperti cacingan). Sedangkan faktor tidak langsung penyebab anemia diantaranya ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga yang kurang, status ekonomi, pengetahuan tentang gizi yang rendah, lingkungan yng tidak bersi, pola pengasuhan yang tidak baik dan sebagainya.
Selain itu anemia bisa juga disebabkan oleh pendarahan hebat, pecahnya pembuluh dara, kanker dalam saluran pencernaan, haid yang berlebihan.rendahnya asupan zat besi (Fe). Anemia gizi besi dapat menyebabkan penurunan kemampuan fisik, produktivitas kerja, dan kemampuan berpikir. Selain itu anemia gizi juga dapat menyebabkan penurunan antibodi sehingga mudah sakit karena terserang infeksi.
Data dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh remaja putri di Indonesia menderita anemia. Remaja putri secara normal akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap bulan. Bersamaan dengan menstruasi akan dikeluarga sejumlah zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin.
Oleh karena itu kebutuhan zat besi untuk remaja wanita lebih banyak dibandingkan pria. Dilain pihak remaja putri cenderung untuk membatasi asupan makanan karena mereka ingin langsing. Hal ini merupakan salah satu penyebab prevalensi anemia cukup tinggi pada remaja wanita. Keadaan seperti ini sebaiknya tidak terjadi, karena masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih tinggi (Dep.Kes. 1998)
Banyak faktor yang ikut mempengaruhi kejadian anemia, antara lain pengetahuan tentang gizi khususnya anemia, tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, konsumsi zat gizi (protein, Fe, Vit C, Vit A, Cu dll ), infeksi, kebiasaan, dan lain-lain.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana menjelaskan tentang definisi dari penyakit anemia?
2.    Bagaimana menjelaskan Gejala-Gejala dan Faktor Penyebab Anemia?
3.    Bagaimana menjelaskan tentang bagaimana upaya pencegahan penyakit anemia?
C.   Tujuan Pembahasan
Untuk memberikan sumber informasi mengenai bagaimana cara melakukan pencegahan, penanggulangan dan pengobatan terhadap penyakit Anemia pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Anemia
Anemia merupakan keadaan dimana jumlah sel-sel darah merah kurang dan kadar hemoglobin (hb) seseorang berada dibawah kadar normal (< 11 mg/dl). Anemia disebabkan oleh multi faktor. Faktor langsung berupa asupan zat gizi yang krang dan penyakit infeksi (seperti cacingan). Sedangkan faktor tidak langsung penyebab anemia diantaranya ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga yang kurang, status ekonomi, pengetahuan tentang gizi yang rendah, lingkungan yang tidak bersi, pola pengasuhan yang tidak baik dan sebagainya. Selain itu anemia bisa juga disebabkan oleh pendarahan hebat, pecahnya pembuluh dara, kanker dalam saluran pencernaan, haid yang berlebihan.
Jenis anemia ada beberapa, diantaranya :
  1. Anemia Gizi Besi (Defisiensi Zat Fe)
  2. Anemia Defisiensi Asam Folat
  3. Anemia Defisiensi Vitamin B12
Terdapat dua tipe anemia yang dikenal, anemia gizi dan non gizi. Anemia gizi biasanya terjadi akibat adanya defisiensi zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel darah merah. Hal itu mencakup kualitas dan kuantitas sel darah merah. Anemia gizi sendiri ada beberapa macam seperti anemia gizi besi, anemia gizi vitamin E, anemia gizi asam folat, anemia gizi vitamin B12, anemia gizi vitamin B6
Prevalensi Anemia di Indonesia masih mengkhawatirkan yaitu berdasarkan data SKRT, anemia gizi pada ibu hamil sebesar 50%, anemia gizi anak balita sekitar 45%, anemia gizi pada anak usia sekolah sekitar 40%.
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) didalam darah lehih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Batas Normal Kadar Hemoglobin
Kelompok
Umur
Hemoglobin
(g/100 ml)
Anak
6 bulan s/d 6 tahun
6 tahun s/d 14 tahun
11
12
Dewasa
Laki-laki
Wanita
Wanita hamil
13
12
11
Sumber : WHO, 1972.
Kebanyakan orang-orang mempunyai Hb sedikit lebih rendah daripada batas tersebut diatas, belum menunjukkan gejala-gejala anemia dan masih kelihatan berada dalam keadaan kesehatan yang baik. Untuk menggolongkan anemia lebih lanjut menjadi anemia ringan, anemia sedang dan anemia berat, belum ada keseragaman mengenai batasan-batasannya. Hal ini disebabkan oleh antara lain perbedaan kelompok umur, kondisi penderita, komplikasi dengan penyakit lain, keadaan umum gizi penderita, lamanya menderita anemia, dan lain-lain yang sulit dikelompokkan. Tetapi yang adalah bahwa semakin rendah kadar Hb, makin berat anemia yang diderita (Husaini, 1989).
Ada tiga faktor terpenting yang menyebabkan orang menjadi anemia, yaitu :
  1. Kehilangan darah karena pendarahan.
  2. Pengrusakan sel darah merah.
  3. Produksi sel darah merah tidak cukup banyak.
Diantara ketiga macam faktor penyebab anemia tersebut, maka anemia yang merupakan masalah kesehatan masyarakat adalah anemia yang disebabkan oleh faktor terakhir yaitu anemia gizi. (Husaini, 1989).
Anemia gizi yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia karena kekurangan zat besi yang disebut anemia kurang besi. Pada wanita hamil dan bayi premature, kekurangan asam folat merupakan salah satu faktor kontribusi terhadap terjadinya anemia gizi. Pada orang yang sering mengalami malabsorpsi, kekurangan vitamin B12 merupakan salah satu penyebab anemia gizi. Dipandang dari segi kesehatan praktis, anemia gizi selalu diasosiasikan sebagai anemia kurang besi, karena kekurangan asam folat dan vitamin B12 yang jarang ditemukan pada masyarakat biasa.
Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zat besi adalah vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali lipat.Vitamin C dengan zat besi mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C baik dimakan untuk mencegah anemia.
Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat besi seperti yang telah disebutkan, ada pula faktor yang menghambat absorpsi zat besi. Faktor-faktor yang menghambat itu adalah tannin dalam the, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan (Monsen and Cook dalam Husaini, 1989). Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia walaupun zat besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak. Kecukupan konsumsi zat besi Nasional yang dianjurkan untuk anak balita berumur 1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita berumur 4-6 tahun adalah 9 mg (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2003).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Gizi Besi
  1. Asupan zat besi dalam makanan
  2. Pengetahuan
  3. Pendidikan
  4. Pendapatan
  5. Frekuensi Makan
  6. Jenis Bahan Makanan
B.   Gejala-Gejala dan Faktor Penyebab Anemia
Anemia adalah keadaan di mana seseorang memiliki jumlah sel darah merah atau mutu sel darah merah yang rendah. Munculnya keluhan letih, lemah, lesu dan loyo berkepanjangan merupakan gejala khas yang menyertai anemia. Selain gejala gejala yang telah disebutkan, biasanya juga akan muncul keluhan sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka-bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak tangan tidak merah, nafas terasa pendek, kehilangan selera makan serta daya kekebalan tubuh yang rendah sehingga mudah terserang penyakit. Bahaya yang ditimbulkan oleh anemia tingkat berat adalah menyebabkan stroke dan penyakit jantung.
Kadang gejala anemia dapat saja tak terasa bila masih dalam tahapan awal, namun gejala akan semakin bertambah dengan semakin meningkatnya tingkat severitasnya.
Dalam kondisi tubuh yang anemia, tubuh akan memproduksi sel darah merah "sehat" dalam jumlah yang minim ataupun dengan kualitas yang rendah. Padahal fungsi sel darah merah amat strategis, diantaranya sebagai sarana transportasi zat gizi terutama oksigen. Oksigen amat diperlukan tubuh untuk proses fisiologis dan biokimia di seluruh jaringan tubuh.Dengan kondisi tubuh yang anemik maka pasokan oksigen ke seluruh tubuh akan berkurang. Akibatnya akan muncul berbagai macam gangguan fisiologis.
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan pembedahan, menstruasi, kecelakaan, terlalu sering menjadi donor darah bahkan melahirkan.
Anemia juga dapat timbul karena kerusakan sel darah merah. Kerusakan itu sendiri dapat diakibatkan karena kondisi kurang gizi, terdapatnya patogen/zat beracun, kanker pada organ penyimpanan serta pembentukan darah seperti hati, limpa, dan sumsum tulang dan faktor keturunan.
Penggunaan zat besi untuk kepentingan lain di luar pembuatan sel darah merah dapat pula menjadi penyebab menurunnya kuantitas sel darah merah yang nantinya dapat menyebabkan anemia. Selain itu anemia juga dapat disebabkan akibat menurunnya kualitas dan kuantitas hemoglobin sel darah merah.
Namun umumnya kasus anemia disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe). Untuk mengetahui pencetusnya perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Kadang pemeriksaan lain bahkan diperlukan jika diduga adanya kasus anemia non gizi.
C.   Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
Cara mencegah supaya tidak terkena penyakit anemia yaitu:
  1. Konsumsi makanan yang bervariasi. Daging merupakan sumber zat besi yang paling baik. Selain itu juga terdapat dalam susu, asparagus, brokoli, dsb.
  2. Konsumsi makanan sumber vitamin C, seperti jeruk, mangga, sirsak, duku, jambu biji, dsb.
  3. Konsumsi garam beryodium, karena yodium membantu metabolisme Hb.
  4. Konsumsi teh beberapa jam setelah atau sebelum makan. Karena teh mengandung zat tanin yang dapat menghambat penyerapan Fe.
  5. Bagi ibu hamil, konsumsi tablet tambah darah selama masa kehamilan.
Upaya penanggulangan anemia gizi besi jangka pendek, yaitu pemerintah memberikan suplemen zat besi berupa tablet tambah darah dan penanggulangan kecacingan. Sedangkan, dalam jangka panjang, upaya penanggulangan anemia gizi diupayakan melalui peningkatan pola hidup sehat dan bersih dengan penerapan norma keluarga sadar gizi dan pola hidup bersih dan sehat.
Sebagai contoh, pemerintah provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur (Jatim) telah mengembangkan kegiatan penanggulangan anemia dengan bekerjasama dunia usaha dan masyarakat. Dalam mengembangkan suplemen zat besi diupayakan agar jangan hanya menggantungkan satu merek produk tertentu, tetapi bisa menggunakan produk lain yang ada.
Selain itu, pemerintah akan meningkatkan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja petugas pelaksana program penanggulangan anemia gizi dan ketersediaan suplemen zat besi di lapangan.













BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Penyakit anemia muncul akibat penurunan jumlah dan mutu sel darah merah yang antara lain berfungsi sebagai sarana transportasi zat gizi serta oksigen untuk proses fisiologis dan biokimia jaringan tubuh.
Terkena anemia berarti pasokan oksigen dan zat-zat gizi ke seluruh tubuh berkurang sehingga menimbulkan dampak fisiologis dan psikologis. Gejalanya dikenal sebagai 4 L, yakni letih, lemah, lesu, dan loyo. Di samping itu, muka pucat, kehilangan selera makan, sering pusing, sulit ber-konsentrasi, serta mudah terserang penyakit.
Ada dua tipe anemia, yaitu anemia gizi dan non gizi. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel-sel darah merah.
Penyebab anemia nongizi adalah pendarahan, misalnya luka karena kecelakaan, menstruasi, atau penyakit darah yang bersifat menurun, contohnya lain thalasemia dan hemofilia.
B.   Saran
Bagaimanapun mencegah lebih murah daripada mengobati, sehingga penekanan pada upaya mengonsumsi makanan bergizi cukup dan lengkap sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya anemia.




DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2007. Anemia Gizi, http://jonnisyah.blogspot.com/, 11-07-2009.
Anonym, 2008. Anemia Gizi: Bahaya dan Pencegahannya, http://channelofnutrition.blogspot.com/, 11-07-2009.
Anonym, 2005. Waspadai si Anemia, http://wrm-indonesia.org/index2.php/, 11-07-2009.
Anonym, 2005. 47% Balita Indonesia Alami Anemia Gizi Besi, http://www.kapanlagi.com/, 11-07-2009.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ir. JONNI SYAH R. PURBA, MKes

Jl. 28 Oktober Komp. Poltekkes B1 Pontianak

Jumat, 2007 November 30

ANEMIA GIZI

Anemia gizi sangat umum dijumpai di Indonesia. Prevalensinya masih tinggi terutama pada wanita hamil, anak balita, anak sekolah, dan pekerja berpenghasilan rendah. Prevalensi anemia gizi pada balita di Propinsi Kalimantan Barat pada tahun 1995 adalah 40,5 % dan meningkat menjadi 48,1 % pada tahun 2001 (Depkes RI, 2003).
Prevalensi anemia gizi yang tinggi ini dapat membawa akibat negative seperti : 1) Rendahnya kemampuan kerja jasmani dan produktivitas kerja, 2) Rendahnya kemampuan intelektual, dan 3) Rendahnya kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tingginya angka kesakitan. Dengan demikian konsekwensi fungsional dari anemia gizi menyebabkan turunnya kualitas sumber daya manusia (Husaini, 1989).
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) didalam darah lehih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Batas Normal Kadar Hemoglobin
Kelompok
Umur
Hemoglobin
(g/100 ml)
Anak
6 bulan s/d 6 tahun
6 tahun s/d 14 tahun
11
12
Dewasa
Laki-laki
Wanita
Wanita hamil
13
12
11
Sumber : WHO, 1972.
Kebanyakan orang-orang mempunyai Hb sedikit lebih rendah daripada batas tersebut diatas, belum menunjukkan gejala-gejala anemia dan masih kelihatan berada dalam keadaan kesehatan yang baik. Untuk menggolongkan anemia lebih lanjut menjadi anemia ringan, anemia sedang dan anemia berat, belum ada keseragaman mengenai batasan-batasannya. Hal ini disebabkan oleh antara lain perbedaan kelompok umur, kondisi penderita, komplikasi dengan penyakit lain, keadaan umum gizi penderita, lamanya menderita anemia, dan lain-lain yang sulit dikelompokkan. Tetapi yang adalah bahwa semakin rendah kadar Hb, makin berat anemia yang diderita (Husaini, 1989).
Ada tiga faktor terpenting yang menyebabkan orang menjadi anemia, yaitu :
1. Kehilangan darah karena pendarahan.
2. Pengrusakan sel darah merah.
3. Produksi sel darah merah tidak cukup banyak.
Diantara ketiga macam faktor penyebab anemia tersebut, maka anemia yang merupakan masalah kesehatan masyarakat adalah anemia yang disebabkan oleh faktor terakhir yaitu anemia gizi. (Husaini, 1989)
Anemia gizi yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia karena kekurangan zat besi yang disebut anemia kurang besi. Pada wanita hamil dan bayi premature, kekurangan asam folat merupakan salah satu faktor kontribusi terhadap terjadinya anemia gizi. Pada orang yang sering mengalami malabsorpsi, kekurangan vitamin B12 merupakan salah satu penyebab anemia gizi. Dipandang dari segi kesehatan praktis, anemia gizi selalu diasosiasikan sebagai anemia kurang besi, karena kekurangan asam folat dan vitamin B12 yang jarang ditemukan pada masyarakat biasa.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Gizi Besi
1. Asupan zat besi dalam makanan
Macam bahan makanan yang banyak mengandung zat besi dapat dilihat pada Tabel 2. Hati adalah bahan makanan yang paling banyak mengandung zat besi. Daging juga banyak mengandung zat besi. Dari bahan makanan yang berasak dari tumbuh-tumbuhan, maka kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang koro, buncis serta sayuran hijau daun mengandung banyak zat besi.
Selain dari pada banyaknya zat besi yang tersedia didalam makanan, juga perlu diperhatikan Faktor-faktor lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi, antara lain macam-macam bahan makanan itu sendiri. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, jumlah yang dapat diabsorpsi hanya sekitar 1-6 %, sedangkan zat besi yang berasal dari hewani 7-22 %. Didalam campuran susunan makanan, adanya bahan makanan hewani dapat meninggikan absorpsi zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Faktor ini mempunyai arti penting dalam menghitung jumlah zat besi yang dikonsumsi oleh masyarakat yang tak mampu, yang jarang mengkonsumsi bahan makanan hewani. (Husaini, 1989)

Tabel 2. Zat Besi Dalam Bahan Makanan
No.
Bahan Makanan
Zat Besi (mg/100 g)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Hati
Dafing Sapi
Ikan
Telur Ayam
Kacang-kacangan
Tepung Gandung
Sayuran Hijau Daun
Umbi-umbian
Buah-buahan
Beras
Susu Sapi
6,0 sampai 14,0
2,0 sampai 4,3
0,5 sampai 1,0
2,0 sampai 3,0
1,9 sampai 14,0
1,5 sampai 7,0
0,4 sampai 18,0
0,3 sampai 2,0
0,2 Sampai 4,0
0,5 sampai 0,8
0,1 sampai 0,4
Sumber : Davidson, dkk, 1973 dalam Husaini, 1989
Zat besi didalam bahan makanan dapat berbentuk hem yaitu berikatan dengan protein atau dalam bentuk nonhem yaitu senyawa besi organic yang kompleks. Ketersediaan zat besi untuk tubuh kita dapat dibedakan antara hem dan nonhem ini. Zat besi hem berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang hanya terdapat dalam bahan makanan hewani, yang dapat diabsorpsi secara langsung dalam bentuk kompleks zar besi phorphyrin (“iron phorphyrin kompleks”). Jumlah zat besi hem yang diabsorpsi lebih tinggi daripada nonhem. Untuk seseorang yang cadangan zat besi dalam tubuhnya rendah, zat besi hem ini dapat diabsorpsi lebih dari 35 %, sedangkan buat orang yang simpanan zat besinya cukup banyak (lebih dari 500 gram) maka absorpsi zat besi hem ini hanya kurang lebih 25 %. Dari hasil analisa bahan makanan didapatkan bahwa sebanyak 30 – 40 % zat besi didalam hati dan ikan, serta 50-60 % zat besi dalam daging sapi, kambing, dan ayam adalah dalam bentuk hem. (Cook, dkk dalam Husaini, 1989).
Zat besi nonhem pada umumnya terdapat didalam bahan makanan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan dan serealia, dan dalam jumlah yang sedikit daging, ikan dan telur. Zat besi nonhem didalam bentuk kompleks inorganic Fe3+ dipecah pada waktu percernaan berlangsung dan sebagian dirubah dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih siap diabsorpsi. Konversi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh adanya faktor endogenus seperti HCl dalam cairan sekresi gastric, komponen zat gizi yang berasal dari makanan seperti vitamin C, atau daging, atau ikan.
Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zat besi adalah vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali lipat.Vitamin C dengan zat besi mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C baik dimakan untuk mencegah anemia .
Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat besi seperti yang telah disebutkan, ada pula faktor yang menghambat absorpsi zat besi. Faktor-faktor yang menghambat itu adalah tannin dalam the, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan (Monsen and Cook dalam Husaini, 1989). Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia walaupun zat besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak. Kecukupan konsumsi zat besi Nasional yang dianjurkan untuk anak balita berumur 1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita berumur 4-6 tahun adalah 9 mg (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2003)
2. Pengetahuan
Tan (1979) mengatakan bahwa pola konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai pangan, sikap terhadap pangan dan kebiasaan makan. Semakin sering suatu bahan pangan dikonsumsi dan semakin berat pangan tersebut dimakan, maka semakin besar peluang pangan tersebut tergolong dalam pola konsumsi pangan individu atau masyarakat.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih makanan yang akan berdampak pada asupan gizinya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan sangat penting peranannya dalam menentukan asupan makanan. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi, masyarakat akan tahun bagaimana menyimpan dan menggunakan pangan. Memperbaiki konsumsi pangan merupakan salah satu bantuan terpenting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu penghidupan (Suhardjo, 1986).
3. Pendidikan
Menurut Hidayat (1980), tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara pemilihan bahan makanan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam kuantitas dan kualitas dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Makin tinggi pendidikan orang tua, makin baik status gizi anaknya (Soekirman, 1985). Anak-anak dari ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Hal ini disebabkan karena keterbukaan mereka untuk menerima perubahan atau hal-hal yang baru untuk pemeriksaan kesehatan anaknya (Emelia, 1985 dalam Ginting, M, 1997).
Faktor pendidikan mengakibatkan perubahan perilaku dan mempunyai pengaruh terhadap penerimaan inovasi baru, dalam hal ini perilaku makan yang sesuai dengan anjuran gizi (Pranadji, 1988)
4. Pendapatan
Peningkatan pendapatan rumah tangga terutama bagi kelompok rumah tangga miskin dapat meningkatkan status gizi, karena peningkatan pendapatan tersebut memungkinkan mereka mampu membeli pangan berkualitas dan berkuantitas yang lebih baik. Keadaan ekonomi merupakan factor yang penting dalam menentukan jumlah dan macam barang atau pangan yang tersedia dalam rumah tangga. Bagi Negara berkembang pendapatan adalah factor penentu yang penting terhadap status gizi.
Menurut Mosley dan Lincoln (1985), pendapatan rumah tangga akan mempengaruhi sikap keluarga dalam memilih barang-barang konsumsi. Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain. Semakin tinggi pendapatan maka cendrung pengeluaran total dan pengeluaran pangan semakin tinggi (Hardinsyah & Suhardjo, 1987).
Rendahnya pendapatan (keadaan miskin) merupakan salah satu sebab rendahnya konsumsi pangan dan gizi serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit, menurunkan produktivitas kerja dan pendapatan. Akhirnya masalah pendapatan rendah, kurang konsumsi, kurang gizi dan rendahnya mutu hidup membentuk siklus yang berbahaya (Hardinsyah & Suhardjo, 1987)
5. Frekuensi Makan
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sector yang terkait.
Pola asuh merupakan suatu sistem atau tata cara seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan terutama memberi makan dan merawat anak dengan baik. Menurut Nasedul dalam Sudarmiati (2006) semua orang tua harus memberikan hak untuk bertumbuh. Semua anak harus memperoleh yang terbaik agar dapat tumbuh secara penuh, tumbuh sesuai dengan apa yang mungkin dicapainya, bertumbuh sesuai dengan kemampuan tubuhnya.
Salah satu factor yang paling penting untuk meningkatkan status gizi adalah konsumsi makanan. Semakin baik konsumsi atau asupan zat gizi maka semakin besar kemungkinan terhindar dari status gizi yang kurang atau buruk, baik dari segi jumlah maupun dari segi frekuensi makanan yang dikonsumsi.
Frekuensi makan pada keluarga di Indonesia umumnya adalah tiga kali dalam sehari. Hal ini terkait dengan masalah fisiologis, artinya hampir semua zat gizi itu di metabolisme dalam tubuh selama kurang lebih dari 4 jam. Untuk itu maka dianjurkan frekuensi makan yang baik adalah berpatokan dengan limit waktu metabolisme itu.
6. Jenis Bahan Makanan
Menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, ada 11 golongan bahan makanan. Berdasarkan penggolongan ini kemudian dapat dianalisa konsumsi zat gizi yang diasup oleh seseorang.
Setiap bahan makanan mempunyai susunan kimia yang berbeda-beda dan mengandung zat gizi yang bervariasi pula baik jenis maupun jumlahnya. Baik secara sadar maupun tidak sadar manusia mengkonsumsi makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa tubuh manusia memerlukan zat gizi atau zat makanan, untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari, untuk memelihara proses tubuh dan untuk tumbuh dan berkembang khususnya bagi yang masih dalam pertumbuhan (Suhardjo, 1992).
Berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh dapat digolongkan kedalam enam macam yaitu (1) karbohidrat, (2) protein, (3) lemak, (4) vitamin, (5) mineral dan (6) air. Sementara itu energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari hasil pembakaran karbohidrat, protein dan lemak di dalam tubuh. Di alam ini terdapat berbagai jenis bahan makanan baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut pangan nabati maupun yang berasal dari hewan yang dikenal sebagai pangan hewani (Suhardjo, 1992).
Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka timbul ketidakseimbangan antara masukan zat-zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi jenis makanan lain diperoleh sehungga masukan zat-zat gizi menjadi seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat-zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan (Khumaidi, 1994).
http://jonnisyah.blogspot.com/

Thursday, December 25, 2008

Anemia Gizi : Bahaya dan Pencegahannya

Anemia merupakan keadaan dimana jumlah sel-sel darah merah kurang dan kadar hemoglobin (hb) seseorang berada dibawah kadar normal (< 11 mg/dl). Anemia disebabkan oleh multi faktor. Faktor lansung berupa asupan zat gizi yang krang dan penyakit infeksi (seperti cacingan). Sedangkan faktor tidak langsung penyebab anemia diantaranya ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga yang kurang, status ekonomi, pengetahuan tentang gizi yang rendah, lingkungan yng tidak bersi, pola pengasuhan yang tidak baik dan sebagainya. Selain itu anemia bisa juga disebabkan oleh pendarahan hebat, pecahnya pembuluh dara, kanker dalam saluran pencernaan, haid yang berlebihan.
Klasifikasi Anemia
Jenis anemia ada beberapa, diantaranya :
  1. Anemia Gizi Besi (Defisiensi Zat Fe)
  2. Anemia Defisiensi Asam Folat
  3. Anemia Defisiensi Vitamin B12
Prevalensi Anemia di Indoneisa masih mengkhawatirkan yaitu berdasarkan data SKRT, anemia gizi pada ibu hamil sebesar 50%, anemia gizi anak balita sekitar 45%, anemia gizi pada anak usia sekolah sekitar 40%.
Tanda-tanda Anemia
Seseorang yang mengalami anemia, umunya akan merasakan 5 L yaitu, letih, lelah, lemah, lesu, dan loyo. Anemia akan menyebabkan kekuragan oksigen terutama oksigen otak maka orang tersebut akan mengalami rsering merasa pusing dan sakit kepala. Bahaya yang ditimbulkan oleh anemia tingkat berat adalah menyebabkan stroke dan penyakit jantung.
Bagaimana cara mengcegah Anemia ?
  1. Konsumsi makanan yang bervariasi. Daging merupakan sumber zat besi yang paling baik. Selain itu juga terdapat dalam susu, asparagus, brokoli dsb.
  2. Konsumsi makanan sumber vitamin C, seperti jeruk, mangga, sirsak, duku dsb.
  3. Konsumsi garam beryodium, karena yodium membantu metabolisme Hb.
  4. Konsumsi teh beberapa jam setelah atau sebelum makan. Karena teh mengandung zat tanin yang dapat menghambat penyerapan Fe.
  5. Bagi ibu hamil, konsumsi tablet tambah darah selama masa kehamilan.
http://channelofnutrition.blogspot.com/2008/12/anemia-gizi-bahaya-dan-pencegahannya.html

Waspadai si Anemia!
Oleh: DA Inayati
Selasa, 06 Juni 2006
Apa sih anemia? Sama tidak sih anemia dengan kurang darah? Apa perbedaan kurang darah dengan darah rendah?
Kenapa sih anemia berbahaya dan bagaimana menghindarinya?. Bila beberapa pertanyaan di atas ada pada moms,
simak yuk hal-hal yang berkaitan dengan anemia di bawah ini.
Apa sih anemia?
Anemia adalah keadaan di mana seseorang memiliki jumlah sel darah merah atau mutu sel darah merah yang rendah.
Gejala anemia itu seperti apa ya?
Munculnya keluhan letih, lemah, lesu dan loyo berkepanjangan merupakan gejala khas yang menyertai anemia. Selain
gejala gejala yang telah disebutkan, biasanya juga akan muncul keluhan sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka-
bibir-kelopak mata tampak pucat, telapak tangan tidak merah, nafas terasa pendek, kehilangan selera makan serta daya
kekebalan tubuh yang rendah sehingga mudah terserang penyakit.
Kadang gejala anemia dapat saja tak terasa bila masih dalam tahapan awal, namun gejala akan semakin bertambah
dengan semakin meningkatnya tingkat severitasnya.
Mengapa anemia berbahaya?
Dalam kondisi tubuh yang anemia, tubuh akan memproduksi sel darah merah "sehat" dalam jumlah yang minim ataupun
dengan kualitas yang rendah. Padahal fungsi sel darah merah amat strategis, diantaranya sebagai sarana transportasi
zat gizi terutama oksigen. Oksigen amat diperlukan tubuh untuk proses fisiologis dan biokimia di seluruh jaringan tubuh.
Dengan kondisi tubuh yang anemik maka pasokan oksigen ke seluruh tubuh akan berkurang. Akibatnya akan muncul
berbagai macam gangguan fisiologis.
Mengapa dapat terjadi anemia?
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia seperti kehilangan darah karena luka berat,
tindakan pembedahan, menstruasi, kecelakaan, terlalu sering menjadi donor darah bahkan melahirkan.
Anemia juga dapat timbul karena kerusakan sel darah merah. Kerusakan itu sendiri dapat diakibatkan karena kondisi
kurang gizi, terdapatnya patogen/zat beracun, kanker pada organ penyimpanan serta pembentukan darah seperti hati,
limpa, dan sumsum tulang dan faktor keturunan.
Penggunaan zat besi untuk kepentingan lain di luar pembuatan sel darah merah dapat pula menjadi penyebab
menurunnya kuantitas sel darah merah yang nantinya dapat menyebabkan anemia. Selain itu anemia juga dapat
disebabkan akibat menurunnya kualitas dan kuantitas hemoglobin sel darah merah.
Namun umumnya kasus anemia disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe). Untuk mengetahui pencetusnya perlu
dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Kadang pemeriksaan lain bahkan diperlukan jika diduga adanya kasus anemia
non gizi.
Sama tidak sih kurang darah dan darah rendah?
Kurang darah dan darah rendah adalah dua kondisi yang berbeda. Seseorang yang menderita kurang darah mungkin
saja memiliki tekanan darah yang rendah, normal ataupun tinggi. Di keadaan "kurang darah" maka kuantitas yang
kurang adalah unsur darahnya.
Seseorang yang memiliki darah rendah berarti ia memiliki tekanan darah di bawah rata rata, namun unsur darahnya
sendiri bisa saja normal dan dapat pula rendah.
Berapamacam tipe anemia yang saat ini dikenal?
Terdapat dua tipe anemia yang dikenal, anemia gizi dan non gizi. Anemia gizi biasanya terjadi akibat adanya defisiensi
zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel darah merah. Hal itu mencakup kualitas dan kuantitas sel
darah merah. Anemia gizi sendiri ada beberapa macam seperti anemia gizi besi, anemia gizi vitamin E, anemia gizi
asam folat, anemia gizi vitamin B12, anemia gizi vitamin B6.
http://wrm-indonesia.org/index2.php/









47% Balita Indonesia Alami Anemia Gizi Besi
Kamis, 04 Agustus 2005 19:19
Kapanlagi.com - Sekitar 47% dari 25 juta anak balita dan 26,5% dari sekitar 80 juta anak usia sekolah dan remaja di Indonesia mengalami anemia gizi besi (kurang darah), kata Direktur Gizi Masyarakat Depkes, dr Rachmi Untoro MPH.
"Secara klinis anemia gizi besi ditandai gejala '5L' yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai," katanya pada Seminar Dampak Anemia Gizi Besi terhadap Kecerdasan Anak, di Jakarta, Kamis (04/08).
Anemia gizi pada balita dan anak akan berdampak pada peningkatan kesakitan dan kematian, perkembangan otak, fisik, motorik, mental dan kecerdasan juga terhambat, daya tangkap belajar menurun dan interaksi sosial berkurang.
Menurut Rachmi, anemia gizi besi disebabkan oleh hubungan timbal balik antara kecukupan zat besi dan protein dengan infeksi penyakit khususnya kecacingan.
"Upaya penanggulangan anemia gizi besi jangka pendek, yaitu pemerintah memberikan suplemen zat besi berupa tablet tambah darah dan penanggulangan kecacingan," katanya.
Sedangkan, dalam jangka panjang, upaya penanggulangan anemia gizi diupayakan melalui peningkatan pola hidup sehat dan bersih dengan penerapan norma keluarga sadar gizi dan pola hidup bersih dan sehat.
Rachmi memberikan contoh, pemerintah provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur (Jatim) telah mengembangkan kegiatan penanggulangan anemia gizi dengan bekerjasama dunia usaha dan masyarakat.
Dia menambahkan, dalam mengembangkan suplemen zat besi diupayakan agar jangan hanya menggantungkan satu merek produk tertentu, tetapi bisa menggunakan produk lain yang ada.
Selain itu, pemerintah akan meningkatkan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja petugas pelaksana program penanggulangan anemia gizi dan ketersediaan suplemen zat besi di lapangan.
http://www.kapanlagi.com/






Tidak ada komentar:

Posting Komentar