Rabu, 29 Mei 2013

makalah GAKY (KEKURANGAN YODIUM )

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Salah satu masalah gizi yang masih merupakan masalah utama di Indonesia adalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY). GAKY merupakan masalah serius, karena diperkirakan pada saat ini terdapat sekitar 42 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah yang lingkungannya miskin yodium.
GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul, karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu cukup lama. GAKY dapat menyerang siapa saja baik perempuan, pria, anak-anak, dewasa maupun orangtua yang tinggal di daerah kekurangan yodium.
GAKY mempunyai dampak serius terhadap kesehatan manusia. Di antaranya keguguran pada ibu hamil, lahir mati dan cacat bawaan pada janin, gondok, kretin (cebol), keterbelakangan mental pada anak dan remaja. Bahan makanan yang kaya yodium di antaranya terdapat pada ikan laut, kerang dan kepiting. Selain itu, kebutuhan yodium dapat diperoleh dari garam yang telah disuplementasi dengan yodium.
Garam beryodium yang digunakan sebagai konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni mengandung yodium sebesar 30 - 80 ppm. Kebutuhan tubuh terhadap yodium adalah 100 150/g tiap orang per hari. Dianjurkan, setiap orang mengonsumsi garam beryodium sekitar enam gram atau satu sendok teh setiap hari. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari yang diolah dengan menggunakan garam sebagai penambah rasa dalam hidangan. Defisiensi yodium, terdapat di banyak daerah di seluruh Indonesia secara endemik, terutama di kepulauan besar dan di daerah pegunungan. Ini karena air dan tanah di daerah tersebut miskin kandungan zat yodium, sedangkan bahan makanan berasal dari laut yang kaya yodium tidak terdapat di daerah tersebut.
Untuk mengetahui apakah garam yang dijual di warung atau toko mengandung yodium atau tidak, dengan membaca label kemasannya. Pada kemasan garam beryodium harus tertera tulisan 'Garam Beryodium'. Selain itu dapat diketahui dengan melakukan pengujian mutu garam beryodium menggunakan cairan uji iodina tes.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana menjelaskan tentang apa itu GAKY?
2.    Bagaimana menjelaskan Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Masalah GAKY?
3.    Bagaimana menjelaskan tentang Pemecahan Masalah Tentang GAKY?
C.   Tujuan Penulisan
Untuk memberikan sumber informasi mengenai bagaimana cara melakukan pencegahan, penanggulangan dan pengobatan terhadap penyakit GAKY

















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian GAKY
Gangguan Akibat Kekurang Yodium (GAKY) adalah gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia.
Pada ibu hamil penderita GAKY berat untuk kurun waktu lama (kronik), dampak buruk GAKY mulai terjadi pada kehamilan trimester kedua tetapi masih dapat diperbaiki apabila segera mendapat suplemen zat yodium. Apabila GAKY terjadi pada kehamilan tua (lebih dari trimester kedua), dampak buruknya tidak dapat diperbaiki, artinya kelainan fisik dan mental yang terjadi pada janin akan menjadi permanen sampai dewasa. Dampak buruk pada janin dan bayi dapat berupa keguguran, lahir mati, lahir cacat, kretin/cebol, kelainan psikomotor dan kematian bayi. Pada anak usia sekolah dan orang dewasa GAKY dapat berakibat pembesaran kelenjar gondok, cacat mental dan fisik.
Selama ini perhatian para pakar terpusat pada GAKY tingkat berat, dan tingkat sedang, baru sekitar sepuluh tahun belakang ini tertarik mengamati apa yang terjadi pada GAKY tingkat ringan yang jumlahnya jauh lebih besar. Dampak buruk GAKY tingkat ringan ternyata lebih mengejutkan. Pada tingkat ringan sudah terjadi kelainan perkembangan sel-sel syaraf yang mempengaruhi kemampuan belajar anak yang ditunjukkan dengan rendahnya IQ anak penderita GAKY. Perkembangan sel otak terjadi dengan pesat pada janin dan anak sampai usia dua tahun, karena itu ibu hamil penderita GAKY tingkat ringan dapat memberikan dampak buruk pada perkembangan syaraf motorik dan kognitif janin yang berkaitan dengan perkembangan kecerdasan anak.
Untuk mengetahui masalah kurang yodium, pemantauan besaran masalah dilakukan survei nasional. Pada tahun 1980 prevalensi GAKY pada anak usia sekolah adalah 27,7%,prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun 1988. Walaupun terjadi perubahan yang berarti, GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5%. Tahun 2003 dilakukan lagi survei nasional, yang dibiayai melalui Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKY (IP-GAKY), untuk mengetahui dampak dari intervensi program penanggulangan GAKY.
Upaya pencegahan dan penanggulangan GAKY, dapat dilakukan dengan menggunakan garam beryodium dalam hidangan sehari-hari. Agar yodium yang terkandung di dalam garam tidak hilang saat pemasakan, dianjurkan penambahan dilakukan saat masakan sudah matang dan dalam keadaan dingin.
Upaya pencegahan dan penanggulangan dilakukan dengan: Monitoring garam setiap Februari dan Agustus di tingkat masyarakat; Penyuluhan kesehatan terutama mengenai GAKY, garam beryodium, bahan makanan yang banyak mengandung zat yodium yang diperoleh dari makanan berasal dari laut dan bahan makanan goitrogenik (penghambat penyerapan yodium) seperti kol, singkong, jagung, rebung dan ubi jalar; Pemberian kapsul minyak yodium untuk setiap kasus yng ditemukan, ibu hamil dan Wanita Usia Subur; Pemetaan GAKY sebagai upaya pelacakan kasus GAKY di tingkat masyarakat.
Sebagai upaya dari kegiatan tindak lanjut penanggulangan dan pencegahan GAKY adalah dengan meningkatkan kerja sama dari berbagai sektor terkait, dalam melakukan pemantauan mutu garam beryodium. Setiap upaya yahg ditujukan untuk kepentingan masyarakat, akan lebih berhasil jika masyarakat secara aktif turut berperan serta.
Oleh karena itu, peran serta masyarakat sangat diperlukan terutama dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk  dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
Dari hasil survei ini diketahui secara umum bahwa Total Goitre Rate (TGR) angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran kelenjar gondok, baik yang teraba maupun yang terlihat pada anak sekolah berkisar 11,1%.
B.   Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Masalah GAKY
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain:
1.    Faktor Defisiensi Iodium dan  Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI.  Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh  Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid.  Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium  antara  tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar.  Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).
2.    Faktor  Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis  suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. 
Daerah yang biasanya mendapat suplai  makanannya dari daerah lain sebagai  penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya.  Dalam jangka waktu yang lama namun pasti  daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
3.    Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan.  Salah satunya  adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974).   Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari  akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh.
Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan  kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).
4.    Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon.  Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas.  Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas,  dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.
C.   Pemecahan Masalah Tentang GAKY
GAKY merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan retardasi mental, namun sebelumnya sangat mudah dicegah. Penyakit ini bisa disebut defisiensi yodium atau kekurangan yodium. Penyakit ini sangat sedikit diketahui oleh masyarakat dan mungkin masih merupakan problem yang ditelantarkan. Saat ini diperkirakan 1.6 miliar penduduk dunia mempunyai risiko kekurangan yodium, dan 300 juta menderita gangguan mental akibat kekurangan yodium. Kira-kira 30.000 bayi lahir mati setiap tahun, dan lebih dari 120.000 bayi kretin, yakni retardasi mental, tubuh pendek, bisu tuli atau lumpuh.
Sebagian besar dari mereka mempunyai IQ sepuluh poin di bawah potensinya. Di antara mereka yang lahir normal, dengan konsumsi diet rendah yodium akan menjadi anak yang kurang intelegensinya, bodoh, lesu dan apatis dalam kehidupannya. Sehingga, kekurangan yodium akan menyebabkan masyarakat miskin dan tidak berkembang, sementara pada anak menyebabkan kesulitan belajar.
Risiko itu karena kekurangan yodium dalam dietnya, dan berpengaruh pada awal perkembangan otaknya. Yodium merupakan elemen yang sangat penting untuk pembentukan hormon tiroid.
Hormon itu sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan mental dan fisik, baik pada manusia maupun hewan. Efek yang sangat dikenal orang akibat kekurangan yodium adalah gondok, yakni pembesaran kelenjar tiroid di daerah leher.
Istilah GAKY menggambarkan dimensi baru dari pengertian spektrum kekurangan yodium. Berakibat sangat luas dan buruk pada janin bayi baru lahir, anak dan remaja serta orang dewasa dalam populasi yang kekurangan yodium tersebut. Akibat hal itu dapat dikoreksi dengan pemberian yodium.
Kebutuhan yodium setiap hari di dalam makanan yang dianjurkan saat ini adalah :
50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama)
90 mikrogram untuk anak (usia 2-6 tahun)
120 mikrogram untuk anak usia sekolah (usia 7-12 tahun)
150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun)
200 mikrogram untuk ibu hamil dan meneteki.
Ada beberapa pendapat yang salah dan kenyataan yang berbeda. Pendapat yang salah, misalnya, garam beryodium dapat mengobati GAKY seperti kretin, namun kenyataan GAKY tidak dapat diobati kecuali hanya dicegah. Juga pendapat yang salah, bahwa mengkonsumsi yodium sangat berbahaya, kenyataannya mengkonsumsi yodium, melalui garam beryodium dalam jangka lama tidak berbahaya.
Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok yodium pada setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan oleh tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus berlangsung terus menerus.
Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan hasil panen serta rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat, maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang diberikan terus menerus sangat tinggi angka keberhasilannya.
Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan suplementasi minyak beryodium. Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun memerlukan teknologi yang lebih ruwet.
Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan, demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan.
Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang terjamin dan mudah penerapannya.
GAKY yang terlihat di masyarakat atau populasi, hanya sebagai puncak gunung es. Di daerah endemik, gondoklah yang terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut, namun efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini.
Sehingga problem dari GAKY ini sebenarnya adalah pada perkembangan otak, tidak hanya pembesaran kelenjar tiroid atau gondok. Dengan melihat besarnya populasi yang mempunyai risiko seperti diatas, pantas bila GAKY menjadi problem nasional maupun internasional.
Dengan diadakannya pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001 yang tema “Perkembangan Mutakhir tentang Masalah GAKY dalam rangka Indonesia Sehat 2010” harapan kita tentunya dapat mendapatkan konsep, pemikiran serta semangat baru dalam menanggulangi GAKY.















BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)  adalah salah satu masalah gizi utama lain di Indonesia. Penyebabnya adalah rendahnya konsumsi iodium dalam makanan sehari-hari. Untuk mengatasiunya maka pemerintah mewajibkan garam untuk difortifikasi dengan iodium. Akibat kekurangan iodium adalah rendahnya IQ, membesarnya kelenjar gondik dan timbulnya kretinisme.
Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan suplementasi minyak beryodium. Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan, demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan.
Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang terjamin dan mudah penerapannya.
B.   Saran
Dengan memberikan sumber informasi mengenai masalah GAKY kepada masyarakat itu sudah bisa membantu melakukan pencegahan, penanggulangan dan pengobatan terhadap penyakit GAKY.










DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2001. GAKY, Penyakit Penyebab Retardasi Mental, mailto:siswono@gizi.net, 21-01-2009.
Anonym, 2002. IODIUM  DAN  GANGGUAN  AKIBAT  KEKURANGAN  IODIUM (GAKI), intje_picauly@yahoo.com, 21-01-2009.
Anonym, 2007. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), http://dinkeskabkulonprogo.org/, 21-01-2009.
Anonym, 2009. GAKY, Maslah Gizi Yang Perlu Mendapat Perhatian, http://www.indomedia.com/bpost/092004/1/opini/opini2.htm, 21-01-2009.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar