KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya
kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ANEMIA
GIZI” dengan baik walaupun masih jauh
dari kesempurnaan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada dosen yang mengajarkan mata kuliah Gizi Kesmas yang telah
memberikan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan tugas ini, selanjutnya
ucapan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu saya dalam
mengerjakan tugas ini sampai selesai.
Saya mengharapkan adanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari semua pihak, sebagai masukan bagi saya dan jadikan
tambahan pengetahuan dan pengalaman untuk pembuatan makalah berikutnya.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Makassar, 11 JULI 2009
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR ..................................................................... i
DAFTAR
ISI
.................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
.............................................................. 1
A.
Latar Belakang ............................................................. 1
B.
Rumusan Masalah
....................................................... 2
C.
Tujuan Pembahasan
.....................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
................................................................. 3
A.
Defenisi
Anemia ............................................................ 3
B.
Gejala-Gejala
dan faktor Penyebap Anemia ................. 6
C.
Upaya
Pencegahan dan Penanggulangfam Anemia .... 8
BAB III PENUTUP
....................................................................... 10
A.
Kesimpulan
................................................................... 10
B.
Saran
............................................................................ 10
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah di
Indonesia dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (Public Health
Problem). Karena Anemia merupakan
keadaan dimana jumlah sel-sel darah merah kurang dan kadar hemoglobin (hb)
seseorang berada dibawah kadar normal (< 11 mg/dl). Di Indonesia prevalensi
anemia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri, 27,9 % diderita oleh Wanita
Usia Subur (WUS) dan 40,1 % diderita oleh ibu hamil (Herman, 2006).
Penyebab utama anemia di Indonesia adalah
disebabkan oleh multi faktor. Faktor lansung berupa asupan zat gizi yang kurang
dan penyakit infeksi (seperti cacingan). Sedangkan faktor tidak langsung
penyebab anemia diantaranya ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga yang
kurang, status ekonomi, pengetahuan tentang gizi yang rendah, lingkungan yng
tidak bersi, pola pengasuhan yang tidak baik dan sebagainya.
Selain itu anemia bisa juga disebabkan oleh
pendarahan hebat, pecahnya pembuluh dara, kanker dalam saluran pencernaan, haid
yang berlebihan.rendahnya asupan zat besi (Fe). Anemia gizi besi dapat
menyebabkan penurunan kemampuan fisik, produktivitas kerja, dan kemampuan
berpikir. Selain itu anemia gizi juga dapat menyebabkan penurunan antibodi
sehingga mudah sakit karena terserang infeksi.
Data dari beberapa penelitian menunjukkan
bahwa lebih dari separuh remaja putri di Indonesia menderita anemia. Remaja
putri secara normal akan mengalami kehilangan darah melalui menstruasi setiap
bulan. Bersamaan dengan menstruasi akan dikeluarga sejumlah zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan hemoglobin.
Oleh karena itu kebutuhan zat besi untuk
remaja wanita lebih banyak dibandingkan pria. Dilain
pihak remaja putri cenderung untuk membatasi asupan makanan karena mereka ingin
langsing. Hal ini merupakan salah satu penyebab prevalensi anemia cukup tinggi
pada remaja wanita. Keadaan seperti ini sebaiknya tidak terjadi, karena masa
remaja merupakan masa pertumbuhan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih
tinggi (Dep.Kes. 1998)
Banyak faktor yang ikut mempengaruhi kejadian
anemia, antara lain pengetahuan tentang gizi khususnya anemia, tingkat
pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, konsumsi zat gizi (protein, Fe, Vit C,
Vit A, Cu dll ), infeksi, kebiasaan, dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana menjelaskan tentang definisi dari penyakit
anemia?
2.
Bagaimana menjelaskan Gejala-Gejala dan Faktor Penyebab
Anemia?
3.
Bagaimana menjelaskan tentang bagaimana
upaya pencegahan penyakit anemia?
C.
Tujuan Pembahasan
Untuk memberikan sumber informasi mengenai bagaimana cara melakukan pencegahan,
penanggulangan dan pengobatan terhadap penyakit Anemia pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia
Anemia merupakan keadaan dimana jumlah
sel-sel darah merah kurang dan kadar hemoglobin (hb) seseorang berada dibawah
kadar normal (< 11 mg/dl). Anemia disebabkan oleh multi faktor. Faktor langsung
berupa asupan zat gizi yang krang dan penyakit infeksi (seperti cacingan).
Sedangkan faktor tidak langsung penyebab anemia diantaranya ketersediaan
makanan di tingkat rumah tangga yang kurang, status ekonomi, pengetahuan
tentang gizi yang rendah, lingkungan yang tidak bersi, pola pengasuhan yang tidak
baik dan sebagainya. Selain itu anemia bisa juga disebabkan oleh pendarahan
hebat, pecahnya pembuluh dara, kanker dalam saluran pencernaan, haid yang
berlebihan.
Jenis anemia ada beberapa, diantaranya :
- Anemia Gizi Besi (Defisiensi Zat Fe)
- Anemia Defisiensi Asam Folat
- Anemia Defisiensi Vitamin B12
Terdapat dua tipe anemia yang dikenal, anemia gizi dan
non gizi. Anemia gizi biasanya terjadi akibat adanya defisiensi zat gizi yang
diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel darah merah. Hal itu mencakup
kualitas dan kuantitas sel darah merah. Anemia gizi sendiri ada beberapa macam
seperti anemia gizi besi, anemia gizi vitamin E, anemia gizi asam folat, anemia
gizi vitamin B12, anemia gizi vitamin B6
Prevalensi Anemia di Indonesia masih
mengkhawatirkan yaitu berdasarkan data SKRT, anemia gizi pada ibu hamil sebesar
50%, anemia gizi anak balita sekitar 45%, anemia gizi pada anak usia sekolah
sekitar 40%.
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan
kadar hemoglobin (Hb) didalam darah lehih rendah daripada nilai normal untuk
kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis
kelamin, seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Batas Normal Kadar Hemoglobin
Kelompok
|
Umur
|
Hemoglobin
(g/100 ml)
|
Anak
|
6
bulan s/d 6 tahun
6
tahun s/d 14 tahun
|
11
12
|
Dewasa
|
Laki-laki
Wanita
Wanita
hamil
|
13
12
11
|
Sumber : WHO, 1972.
Kebanyakan orang-orang mempunyai Hb sedikit lebih rendah daripada
batas tersebut diatas, belum menunjukkan gejala-gejala anemia dan masih
kelihatan berada dalam keadaan kesehatan yang baik. Untuk menggolongkan anemia
lebih lanjut menjadi anemia ringan, anemia sedang dan anemia berat, belum ada
keseragaman mengenai batasan-batasannya. Hal ini disebabkan oleh antara lain
perbedaan kelompok umur, kondisi penderita, komplikasi dengan penyakit lain,
keadaan umum gizi penderita, lamanya menderita anemia, dan lain-lain yang sulit
dikelompokkan. Tetapi yang adalah bahwa semakin rendah kadar Hb, makin berat
anemia yang diderita (Husaini, 1989).
Ada tiga faktor terpenting yang menyebabkan
orang menjadi anemia, yaitu :
- Kehilangan darah karena pendarahan.
- Pengrusakan sel darah merah.
- Produksi sel darah merah tidak cukup banyak.
Diantara ketiga macam faktor penyebab anemia tersebut, maka anemia
yang merupakan masalah kesehatan masyarakat adalah anemia yang disebabkan oleh
faktor terakhir yaitu anemia gizi. (Husaini, 1989).
Anemia gizi yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia
karena kekurangan zat besi yang disebut anemia kurang besi. Pada wanita hamil
dan bayi premature, kekurangan asam folat merupakan salah satu faktor
kontribusi terhadap terjadinya anemia gizi. Pada orang yang sering mengalami
malabsorpsi, kekurangan vitamin B12 merupakan salah satu penyebab anemia gizi.
Dipandang dari segi kesehatan praktis, anemia gizi selalu diasosiasikan sebagai
anemia kurang besi, karena kekurangan asam folat dan vitamin B12 yang jarang
ditemukan pada masyarakat biasa.
Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam
meningkatkan absorpsi zat besi adalah vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan
absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali lipat.Vitamin C dengan zat besi
mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi,
karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C
baik dimakan untuk mencegah anemia.
Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat besi seperti yang
telah disebutkan, ada pula faktor yang menghambat absorpsi zat besi.
Faktor-faktor yang menghambat itu adalah tannin
dalam the, phosvitin dalam
kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan
makanan (Monsen and Cook dalam
Husaini, 1989). Zat-zat gizi
ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih
sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan
sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia
walaupun zat besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak.
Kecukupan konsumsi zat besi Nasional yang dianjurkan untuk anak balita berumur
1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita berumur 4-6 tahun adalah 9
mg (Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi, 2003).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Anemia Gizi Besi
- Asupan zat besi dalam makanan
- Pengetahuan
- Pendidikan
- Pendapatan
- Frekuensi Makan
- Jenis Bahan Makanan
B. Gejala-Gejala dan Faktor Penyebab Anemia
Anemia adalah keadaan di mana seseorang memiliki jumlah
sel darah merah atau mutu sel darah merah yang rendah. Munculnya keluhan letih,
lemah, lesu dan loyo berkepanjangan merupakan gejala khas yang menyertai
anemia. Selain gejala gejala yang telah disebutkan, biasanya juga akan muncul
keluhan sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka-bibir-kelopak mata tampak
pucat, telapak tangan tidak merah, nafas terasa pendek, kehilangan selera makan
serta daya kekebalan tubuh yang rendah sehingga mudah terserang penyakit. Bahaya yang ditimbulkan oleh anemia tingkat berat adalah
menyebabkan stroke dan penyakit jantung.
Kadang gejala anemia dapat saja tak terasa bila masih
dalam tahapan awal, namun gejala akan semakin bertambah dengan semakin
meningkatnya tingkat severitasnya.
Dalam kondisi tubuh yang anemia, tubuh akan memproduksi
sel darah merah "sehat" dalam jumlah yang minim ataupun dengan
kualitas yang rendah. Padahal fungsi sel darah merah amat strategis,
diantaranya sebagai sarana transportasi zat gizi terutama oksigen. Oksigen amat
diperlukan tubuh untuk proses fisiologis dan biokimia di seluruh jaringan
tubuh.Dengan kondisi tubuh yang anemik maka pasokan oksigen ke seluruh tubuh akan
berkurang. Akibatnya akan muncul berbagai macam gangguan fisiologis.
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya
anemia seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan pembedahan,
menstruasi, kecelakaan, terlalu sering menjadi donor darah bahkan melahirkan.
Anemia juga dapat timbul karena kerusakan sel darah merah.
Kerusakan itu sendiri dapat diakibatkan karena kondisi kurang gizi, terdapatnya
patogen/zat beracun, kanker pada organ penyimpanan serta pembentukan darah
seperti hati, limpa, dan sumsum tulang dan faktor keturunan.
Penggunaan zat besi untuk kepentingan lain di luar
pembuatan sel darah merah dapat pula menjadi penyebab menurunnya kuantitas sel
darah merah yang nantinya dapat menyebabkan anemia. Selain itu anemia juga
dapat disebabkan akibat menurunnya kualitas dan kuantitas hemoglobin sel darah
merah.
Namun umumnya kasus anemia disebabkan karena kekurangan
zat besi (Fe). Untuk mengetahui pencetusnya perlu dilakukan pemeriksaan darah
lengkap. Kadang pemeriksaan lain bahkan diperlukan jika diduga adanya kasus
anemia non gizi.
C. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
Cara mencegah supaya tidak terkena penyakit
anemia yaitu:
- Konsumsi makanan yang bervariasi. Daging merupakan sumber zat besi yang paling baik. Selain itu juga terdapat dalam susu, asparagus, brokoli, dsb.
- Konsumsi makanan sumber vitamin C, seperti jeruk, mangga, sirsak, duku, jambu biji, dsb.
- Konsumsi garam beryodium, karena yodium membantu metabolisme Hb.
- Konsumsi teh beberapa jam setelah atau sebelum makan. Karena teh mengandung zat tanin yang dapat menghambat penyerapan Fe.
- Bagi ibu hamil, konsumsi tablet tambah darah selama masa kehamilan.
Upaya penanggulangan anemia gizi besi jangka
pendek, yaitu pemerintah memberikan suplemen zat besi berupa tablet tambah darah
dan penanggulangan kecacingan. Sedangkan, dalam jangka panjang, upaya
penanggulangan anemia gizi diupayakan melalui peningkatan pola hidup sehat dan
bersih dengan penerapan norma keluarga sadar gizi dan pola hidup bersih dan
sehat.
Sebagai contoh, pemerintah provinsi DKI
Jakarta dan Jawa Timur (Jatim) telah mengembangkan kegiatan penanggulangan
anemia dengan bekerjasama dunia usaha dan masyarakat. Dalam mengembangkan
suplemen zat besi diupayakan agar jangan hanya menggantungkan satu merek produk
tertentu, tetapi bisa menggunakan produk lain yang ada.
Selain itu, pemerintah akan meningkatkan
pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja petugas pelaksana program
penanggulangan anemia gizi dan ketersediaan suplemen zat besi di lapangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit anemia muncul akibat penurunan
jumlah dan mutu sel darah merah yang antara lain berfungsi sebagai sarana
transportasi zat gizi serta oksigen untuk proses fisiologis dan biokimia
jaringan tubuh.
Terkena anemia berarti pasokan oksigen dan
zat-zat gizi ke seluruh tubuh berkurang sehingga menimbulkan dampak fisiologis
dan psikologis. Gejalanya dikenal sebagai 4 L, yakni letih, lemah, lesu, dan
loyo. Di samping itu, muka pucat, kehilangan selera makan, sering pusing, sulit
ber-konsentrasi, serta mudah terserang penyakit.
Ada dua tipe anemia, yaitu anemia gizi dan
non gizi. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam
pembentukan dan produksi sel-sel darah merah.
Penyebab anemia nongizi adalah pendarahan,
misalnya luka karena kecelakaan, menstruasi, atau penyakit darah yang bersifat
menurun, contohnya lain thalasemia dan hemofilia.
B. Saran
Bagaimanapun mencegah lebih murah daripada
mengobati, sehingga penekanan pada upaya mengonsumsi makanan bergizi cukup dan
lengkap sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2007. Anemia Gizi, http://jonnisyah.blogspot.com/,
11-07-2009.
Anonym,
2008. Anemia Gizi: Bahaya dan
Pencegahannya, http://channelofnutrition.blogspot.com/, 11-07-2009.
Anonym,
2005. Waspadai si Anemia, http://wrm-indonesia.org/index2.php/, 11-07-2009.
Anonym, 2005. 47% Balita
Indonesia Alami Anemia Gizi Besi, http://www.kapanlagi.com/,
11-07-2009.
Ir. JONNI SYAH R. PURBA, MKes
Jl. 28 Oktober Komp. Poltekkes B1 Pontianak
Jumat, 2007 November 30
ANEMIA GIZI
Anemia gizi sangat umum
dijumpai di Indonesia. Prevalensinya masih tinggi terutama pada wanita hamil,
anak balita, anak sekolah, dan pekerja berpenghasilan rendah. Prevalensi anemia
gizi pada balita di Propinsi Kalimantan Barat pada tahun 1995 adalah 40,5 % dan
meningkat menjadi 48,1 % pada tahun 2001 (Depkes RI, 2003).
Prevalensi anemia gizi
yang tinggi ini dapat membawa akibat negative seperti : 1) Rendahnya kemampuan
kerja jasmani dan produktivitas kerja, 2) Rendahnya kemampuan intelektual, dan
3) Rendahnya kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tingginya angka kesakitan.
Dengan demikian konsekwensi fungsional dari anemia gizi menyebabkan turunnya
kualitas sumber daya manusia (Husaini, 1989).
Anemia didefinisikan
sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) didalam darah lehih rendah daripada
nilai normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan
menurut umur dan jenis kelamin, seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Batas Normal Kadar Hemoglobin
Kelompok
|
Umur
|
Hemoglobin
(g/100 ml)
|
Anak
|
6
bulan s/d 6 tahun
6
tahun s/d 14 tahun
|
11
12
|
Dewasa
|
Laki-laki
Wanita
Wanita
hamil
|
13
12
11
|
Sumber : WHO, 1972.
Kebanyakan orang-orang
mempunyai Hb sedikit lebih rendah daripada batas tersebut diatas, belum
menunjukkan gejala-gejala anemia dan masih kelihatan berada dalam keadaan
kesehatan yang baik. Untuk menggolongkan anemia lebih lanjut menjadi anemia
ringan, anemia sedang dan anemia berat, belum ada keseragaman mengenai
batasan-batasannya. Hal ini disebabkan oleh antara lain perbedaan kelompok
umur, kondisi penderita, komplikasi dengan penyakit lain, keadaan umum gizi
penderita, lamanya menderita anemia, dan lain-lain yang sulit dikelompokkan.
Tetapi yang adalah bahwa semakin rendah kadar Hb, makin berat anemia yang
diderita (Husaini, 1989).
Ada
tiga faktor terpenting yang menyebabkan orang menjadi anemia, yaitu :
1. Kehilangan
darah karena pendarahan.
2. Pengrusakan
sel darah merah.
3. Produksi sel
darah merah tidak cukup banyak.
Diantara ketiga macam
faktor penyebab anemia tersebut, maka anemia yang merupakan masalah kesehatan
masyarakat adalah anemia yang disebabkan oleh faktor terakhir yaitu anemia
gizi. (Husaini, 1989)
Anemia gizi yang paling
umum ditemukan di masyarakat adalah anemia karena kekurangan zat besi yang
disebut anemia kurang besi. Pada wanita hamil dan bayi premature, kekurangan
asam folat merupakan salah satu faktor kontribusi terhadap terjadinya anemia
gizi. Pada orang yang sering mengalami malabsorpsi, kekurangan vitamin B12
merupakan salah satu penyebab anemia gizi. Dipandang dari segi kesehatan
praktis, anemia gizi selalu diasosiasikan sebagai anemia kurang besi, karena
kekurangan asam folat dan vitamin B12 yang jarang ditemukan pada masyarakat
biasa.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Gizi Besi
1. Asupan zat besi dalam makanan
Macam bahan makanan yang banyak mengandung zat besi dapat dilihat
pada Tabel 2. Hati adalah bahan makanan yang paling banyak mengandung zat besi.
Daging juga banyak mengandung zat besi. Dari bahan makanan yang berasak dari
tumbuh-tumbuhan, maka kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang
panjang koro, buncis serta sayuran hijau daun mengandung banyak zat besi.
Selain dari pada banyaknya zat besi yang tersedia didalam makanan,
juga perlu diperhatikan Faktor-faktor lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi,
antara lain macam-macam bahan makanan itu sendiri. Zat besi yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, jumlah yang dapat diabsorpsi hanya sekitar 1-6 %, sedangkan
zat besi yang berasal dari hewani 7-22 %. Didalam campuran susunan makanan,
adanya bahan makanan hewani dapat meninggikan absorpsi zat besi yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan. Faktor ini mempunyai arti penting dalam menghitung jumlah
zat besi yang dikonsumsi oleh masyarakat yang tak mampu, yang jarang
mengkonsumsi bahan makanan hewani. (Husaini, 1989)
Tabel 2. Zat Besi Dalam Bahan Makanan
No.
|
Bahan Makanan
|
Zat Besi (mg/100 g)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
|
Hati
Dafing Sapi
Ikan
Telur Ayam
Kacang-kacangan
Tepung
Gandung
Sayuran
Hijau Daun
Umbi-umbian
Buah-buahan
Beras
Susu
Sapi
|
6,0 sampai 14,0
2,0 sampai 4,3
0,5 sampai 1,0
2,0 sampai 3,0
1,9 sampai 14,0
1,5 sampai 7,0
0,4 sampai 18,0
0,3 sampai 2,0
0,2 Sampai 4,0
0,5 sampai 0,8
0,1 sampai 0,4
|
Sumber
: Davidson, dkk, 1973 dalam Husaini, 1989
Zat besi didalam bahan makanan dapat berbentuk hem yaitu berikatan
dengan protein atau dalam bentuk nonhem yaitu senyawa besi organic yang
kompleks. Ketersediaan zat besi untuk tubuh kita dapat dibedakan antara hem dan
nonhem ini. Zat besi hem berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang hanya
terdapat dalam bahan makanan hewani, yang dapat diabsorpsi secara langsung
dalam bentuk kompleks zar besi phorphyrin
(“iron phorphyrin kompleks”). Jumlah zat besi hem yang diabsorpsi lebih
tinggi daripada nonhem. Untuk seseorang yang cadangan zat besi dalam tubuhnya
rendah, zat besi hem ini dapat diabsorpsi lebih dari 35 %, sedangkan buat orang
yang simpanan zat besinya cukup banyak (lebih dari 500 gram) maka absorpsi zat
besi hem ini hanya kurang lebih 25 %. Dari hasil analisa bahan makanan
didapatkan bahwa sebanyak 30 – 40 % zat besi didalam hati dan ikan, serta 50-60
% zat besi dalam daging sapi, kambing, dan ayam adalah dalam bentuk hem. (Cook, dkk dalam Husaini, 1989).
Zat besi nonhem pada umumnya terdapat didalam bahan makanan yang
umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, biji-bijian,
kacang-kacangan, buah-buahan dan serealia, dan dalam jumlah yang sedikit daging,
ikan dan telur. Zat besi nonhem didalam bentuk kompleks inorganic Fe3+
dipecah pada waktu percernaan berlangsung dan sebagian dirubah dari Fe3+
menjadi Fe2+ yang lebih siap diabsorpsi. Konversi Fe3+
menjadi Fe2+ dipermudah oleh adanya faktor endogenus seperti HCl
dalam cairan sekresi gastric, komponen zat gizi yang berasal dari makanan
seperti vitamin C, atau daging, atau ikan.
Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam
meningkatkan absorpsi zat besi adalah vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan
absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali lipat.Vitamin C dengan zat besi
mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi,
karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C
baik dimakan untuk mencegah anemia .
Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat besi seperti yang
telah disebutkan, ada pula faktor yang menghambat absorpsi zat besi.
Faktor-faktor yang menghambat itu adalah tannin
dalam the, phosvitin dalam
kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan
makanan (Monsen and Cook dalam
Husaini, 1989). Zat-zat gizi
ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih
sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan
sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia
walaupun zat besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak.
Kecukupan konsumsi zat besi Nasional yang dianjurkan untuk anak balita berumur
1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita berumur 4-6 tahun adalah 9
mg (Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi, 2003)
2. Pengetahuan
Tan (1979) mengatakan bahwa pola konsumsi pangan sangat
dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, termasuk didalamnya pengetahuan
mengenai pangan, sikap terhadap pangan dan kebiasaan makan. Semakin sering
suatu bahan pangan dikonsumsi dan semakin berat pangan tersebut dimakan, maka
semakin besar peluang pangan tersebut tergolong dalam pola konsumsi pangan
individu atau masyarakat.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap perilaku
dalam memilih makanan yang akan berdampak pada asupan gizinya. Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan sangat penting peranannya dalam menentukan asupan
makanan. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi, masyarakat akan tahun
bagaimana menyimpan dan menggunakan pangan. Memperbaiki konsumsi pangan
merupakan salah satu bantuan terpenting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
mutu penghidupan (Suhardjo, 1986).
3. Pendidikan
Menurut Hidayat (1980), tingkat pendidikan akan mempengaruhi
konsumsi pangan melalui cara pemilihan bahan makanan. Orang yang berpendidikan
lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam kuantitas dan
kualitas dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lebih rendah. Makin tinggi pendidikan orang tua, makin baik status gizi anaknya (Soekirman, 1985). Anak-anak dari ibu
yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan mendapat
kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Hal ini disebabkan karena keterbukaan
mereka untuk menerima perubahan atau hal-hal yang baru untuk pemeriksaan
kesehatan anaknya (Emelia, 1985 dalam
Ginting, M, 1997).
Faktor pendidikan mengakibatkan perubahan
perilaku dan mempunyai pengaruh terhadap penerimaan inovasi baru, dalam hal ini
perilaku makan yang sesuai dengan anjuran gizi (Pranadji, 1988)
4. Pendapatan
Peningkatan pendapatan rumah tangga terutama
bagi kelompok rumah tangga miskin dapat meningkatkan status gizi, karena
peningkatan pendapatan tersebut memungkinkan mereka mampu membeli pangan
berkualitas dan berkuantitas yang lebih baik. Keadaan ekonomi merupakan factor
yang penting dalam menentukan jumlah dan macam barang atau pangan yang tersedia
dalam rumah tangga. Bagi Negara berkembang pendapatan adalah factor penentu
yang penting terhadap status gizi.
Menurut Mosley dan Lincoln (1985), pendapatan
rumah tangga akan mempengaruhi sikap keluarga dalam memilih barang-barang konsumsi.
Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain. Semakin
tinggi pendapatan maka cendrung pengeluaran total dan pengeluaran pangan
semakin tinggi (Hardinsyah &
Suhardjo, 1987).
Rendahnya pendapatan (keadaan miskin)
merupakan salah satu sebab rendahnya konsumsi pangan dan gizi serta buruknya
status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit,
menurunkan produktivitas kerja dan pendapatan. Akhirnya masalah pendapatan
rendah, kurang konsumsi, kurang gizi dan rendahnya mutu hidup membentuk siklus
yang berbahaya (Hardinsyah &
Suhardjo, 1987)
5. Frekuensi Makan
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan
pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi
adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus
melibatkan berbagai sector yang terkait.
Pola asuh merupakan suatu sistem atau tata
cara seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan terutama memberi makan dan merawat
anak dengan baik. Menurut Nasedul dalam Sudarmiati (2006) semua orang
tua harus memberikan hak untuk bertumbuh. Semua anak harus memperoleh yang
terbaik agar dapat tumbuh secara penuh, tumbuh sesuai dengan apa yang mungkin
dicapainya, bertumbuh sesuai dengan kemampuan tubuhnya.
Salah satu factor yang paling penting untuk
meningkatkan status gizi adalah konsumsi makanan. Semakin baik konsumsi atau
asupan zat gizi maka semakin besar kemungkinan terhindar dari status gizi yang
kurang atau buruk, baik dari segi jumlah maupun dari segi frekuensi makanan
yang dikonsumsi.
Frekuensi makan pada keluarga di Indonesia
umumnya adalah tiga kali dalam sehari. Hal ini terkait dengan masalah
fisiologis, artinya hampir semua zat gizi itu di metabolisme dalam tubuh selama
kurang lebih dari 4 jam. Untuk itu maka dianjurkan frekuensi makan yang baik
adalah berpatokan dengan limit waktu metabolisme itu.
6. Jenis
Bahan Makanan
Menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan yang
dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, ada 11 golongan bahan
makanan. Berdasarkan penggolongan ini kemudian dapat dianalisa konsumsi zat
gizi yang diasup oleh seseorang.
Setiap bahan makanan mempunyai susunan kimia
yang berbeda-beda dan mengandung zat gizi yang bervariasi pula baik jenis
maupun jumlahnya. Baik secara sadar maupun tidak sadar manusia mengkonsumsi
makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa tubuh manusia
memerlukan zat gizi atau zat makanan, untuk memperoleh energi guna melakukan
kegiatan fisik sehari-hari, untuk memelihara proses tubuh dan untuk tumbuh dan
berkembang khususnya bagi yang masih dalam pertumbuhan (Suhardjo, 1992).
Berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh dapat
digolongkan kedalam enam macam yaitu (1) karbohidrat, (2) protein, (3) lemak,
(4) vitamin, (5) mineral dan (6) air. Sementara itu energi yang diperlukan
tubuh dapat diperoleh dari hasil pembakaran karbohidrat, protein dan lemak di
dalam tubuh. Di alam ini terdapat berbagai jenis bahan makanan baik yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut pangan nabati maupun yang berasal
dari hewan yang dikenal sebagai pangan hewani (Suhardjo, 1992).
Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang
beraneka ragam, maka timbul ketidakseimbangan antara masukan zat-zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan
sehari-hari yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi jenis makanan lain
diperoleh sehungga masukan zat-zat gizi menjadi seimbang. Jadi, untuk mencapai
masukan zat-zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis
bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan (Khumaidi, 1994).
http://jonnisyah.blogspot.com/
Thursday, December 25, 2008
Anemia Gizi : Bahaya dan Pencegahannya
Anemia
merupakan keadaan dimana jumlah sel-sel darah merah kurang dan kadar hemoglobin
(hb) seseorang berada dibawah kadar normal (< 11 mg/dl). Anemia disebabkan
oleh multi faktor. Faktor lansung berupa asupan zat gizi yang krang dan
penyakit infeksi (seperti cacingan). Sedangkan faktor tidak langsung penyebab
anemia diantaranya ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga yang kurang,
status ekonomi, pengetahuan tentang gizi yang rendah, lingkungan yng tidak
bersi, pola pengasuhan yang tidak baik dan sebagainya. Selain itu anemia bisa
juga disebabkan oleh pendarahan hebat, pecahnya pembuluh dara, kanker dalam saluran
pencernaan, haid yang berlebihan.
Klasifikasi Anemia
Jenis anemia ada beberapa, diantaranya :
Klasifikasi Anemia
Jenis anemia ada beberapa, diantaranya :
- Anemia Gizi Besi (Defisiensi Zat Fe)
- Anemia Defisiensi Asam Folat
- Anemia Defisiensi Vitamin B12
Prevalensi
Anemia di Indoneisa masih mengkhawatirkan yaitu berdasarkan data SKRT, anemia
gizi pada ibu hamil sebesar 50%, anemia gizi anak balita sekitar 45%, anemia
gizi pada anak usia sekolah sekitar 40%.
Tanda-tanda Anemia
Seseorang yang
mengalami anemia, umunya akan merasakan 5 L yaitu, letih, lelah, lemah, lesu,
dan loyo. Anemia akan menyebabkan kekuragan oksigen
terutama oksigen otak maka orang tersebut akan mengalami rsering merasa pusing
dan sakit kepala. Bahaya yang ditimbulkan oleh anemia tingkat berat adalah
menyebabkan stroke dan penyakit jantung.
Bagaimana cara mengcegah Anemia ?
- Konsumsi makanan yang bervariasi. Daging merupakan sumber zat besi yang paling baik. Selain itu juga terdapat dalam susu, asparagus, brokoli dsb.
- Konsumsi makanan sumber vitamin C, seperti jeruk, mangga, sirsak, duku dsb.
- Konsumsi garam beryodium, karena yodium membantu metabolisme Hb.
- Konsumsi teh beberapa jam setelah atau sebelum makan. Karena teh mengandung zat tanin yang dapat menghambat penyerapan Fe.
- Bagi ibu hamil, konsumsi tablet tambah darah selama masa kehamilan.
http://channelofnutrition.blogspot.com/2008/12/anemia-gizi-bahaya-dan-pencegahannya.html
Waspadai si Anemia!
Oleh: DA Inayati
Selasa, 06 Juni 2006
Apa sih anemia? Sama
tidak sih anemia dengan kurang darah? Apa perbedaan kurang darah dengan
darah rendah?
Kenapa sih anemia berbahaya dan
bagaimana menghindarinya?. Bila beberapa pertanyaan di atas ada pada moms,
simak yuk hal-hal yang berkaitan
dengan anemia
di bawah ini.
Apa sih anemia?
Anemia adalah keadaan di mana seseorang memiliki jumlah sel
darah merah atau mutu sel darah merah yang rendah.
Gejala anemia itu seperti apa ya?
Munculnya keluhan letih, lemah, lesu
dan loyo berkepanjangan merupakan gejala khas yang menyertai anemia.
Selain
gejala gejala yang telah disebutkan,
biasanya juga akan muncul keluhan sering sakit kepala, sulit konsentrasi, muka-
bibir-kelopak mata tampak pucat,
telapak tangan tidak merah, nafas terasa pendek, kehilangan selera makan serta
daya
kekebalan tubuh yang rendah sehingga
mudah terserang penyakit.
Kadang gejala anemia
dapat saja tak terasa bila masih dalam tahapan awal, namun gejala akan semakin
bertambah
dengan semakin meningkatnya tingkat
severitasnya.
Mengapa anemia berbahaya?
Dalam kondisi tubuh yang anemia,
tubuh akan memproduksi sel darah merah "sehat" dalam jumlah yang
minim ataupun
dengan kualitas yang rendah. Padahal
fungsi sel darah merah amat strategis, diantaranya sebagai sarana transportasi
zat gizi terutama oksigen.
Oksigen amat diperlukan tubuh untuk proses fisiologis dan biokimia di seluruh
jaringan tubuh.
Dengan kondisi tubuh yang anemik
maka pasokan oksigen ke seluruh tubuh akan berkurang. Akibatnya akan muncul
berbagai macam gangguan fisiologis.
Mengapa dapat terjadi anemia?
Ada beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia seperti kehilangan darah karena luka berat,
tindakan pembedahan, menstruasi,
kecelakaan, terlalu sering menjadi donor darah bahkan melahirkan.
Anemia juga dapat timbul karena kerusakan sel darah merah. Kerusakan
itu sendiri dapat diakibatkan karena kondisi
kurang gizi, terdapatnya
patogen/zat beracun, kanker pada organ penyimpanan serta pembentukan darah
seperti hati,
limpa, dan sumsum tulang dan faktor
keturunan.
Penggunaan zat besi untuk
kepentingan lain di luar pembuatan sel darah merah dapat pula menjadi penyebab
menurunnya kuantitas sel darah merah
yang nantinya dapat menyebabkan anemia. Selain itu anemia juga dapat
disebabkan akibat menurunnya
kualitas dan kuantitas hemoglobin sel darah merah.
Namun umumnya kasus anemia
disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe). Untuk mengetahui pencetusnya perlu
dilakukan pemeriksaan darah lengkap.
Kadang pemeriksaan lain bahkan diperlukan jika diduga adanya kasus anemia
non gizi.
Sama tidak sih kurang darah dan
darah rendah?
Kurang darah dan darah rendah adalah
dua kondisi yang berbeda. Seseorang yang menderita kurang darah mungkin
saja memiliki tekanan darah yang
rendah, normal ataupun tinggi. Di keadaan "kurang darah" maka kuantitas yang
kurang adalah unsur darahnya.
Seseorang yang memiliki darah rendah
berarti ia memiliki tekanan darah di bawah rata rata, namun unsur darahnya
sendiri bisa saja normal dan dapat
pula rendah.
Berapamacam tipe anemia
yang saat ini dikenal?
Terdapat dua tipe anemia
yang dikenal, anemia gizi dan non gizi. Anemia gizi biasanya terjadi
akibat adanya defisiensi
zat gizi yang diperlukan dalam
pembentukan dan produksi sel darah merah. Hal itu mencakup kualitas dan
kuantitas sel
darah merah. Anemia gizi
sendiri ada beberapa macam seperti anemia gizi besi, anemia gizi
vitamin E, anemia gizi
asam folat, anemia gizi
vitamin B12, anemia gizi vitamin B6.
http://wrm-indonesia.org/index2.php/
47% Balita Indonesia Alami Anemia Gizi Besi
Kamis,
04 Agustus 2005 19:19
Kapanlagi.com - Sekitar 47% dari 25
juta anak balita dan 26,5% dari sekitar 80 juta anak usia sekolah dan remaja di
Indonesia mengalami anemia gizi besi (kurang darah), kata Direktur Gizi
Masyarakat Depkes, dr Rachmi Untoro MPH.
"Secara klinis
anemia gizi besi ditandai gejala '5L' yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan
lalai," katanya pada Seminar Dampak Anemia Gizi Besi terhadap Kecerdasan
Anak, di Jakarta, Kamis (04/08).
Anemia gizi pada
balita dan anak akan berdampak pada peningkatan kesakitan dan kematian,
perkembangan otak, fisik, motorik, mental dan kecerdasan juga terhambat, daya
tangkap belajar menurun dan interaksi sosial berkurang.
Menurut Rachmi, anemia
gizi besi disebabkan oleh hubungan timbal balik antara kecukupan zat besi dan
protein dengan infeksi penyakit khususnya kecacingan.
"Upaya
penanggulangan anemia gizi besi jangka pendek, yaitu pemerintah memberikan
suplemen zat besi berupa tablet tambah darah dan penanggulangan
kecacingan," katanya.
Sedangkan, dalam jangka panjang, upaya
penanggulangan anemia gizi diupayakan melalui peningkatan pola hidup sehat dan
bersih dengan penerapan norma keluarga sadar gizi dan pola hidup bersih dan
sehat.
Rachmi memberikan contoh, pemerintah
provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur (Jatim) telah mengembangkan kegiatan
penanggulangan anemia gizi dengan bekerjasama dunia usaha dan masyarakat.
Dia menambahkan, dalam mengembangkan
suplemen zat besi diupayakan agar jangan hanya menggantungkan satu merek produk
tertentu, tetapi bisa menggunakan produk lain yang ada.
Selain itu, pemerintah akan meningkatkan
pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja petugas pelaksana program
penanggulangan anemia gizi dan ketersediaan suplemen zat besi di lapangan.
http://www.kapanlagi.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar