BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan
teknologi dan industri dapat berdampak positif atau negatif bagi kehidupan
manusia. Dampak positif (menguntungkan), yaitu dampak yang diharapkan dalam
rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup. Dampak negatif (merugikan),
yaitu dampak yang dapat menurunkan kualitas/kenyamanan hidup. Dampak ini tidak
diharapkan karena menimbulkan masalah yang harus diatasi, yaitu masalah
kerusakan atau pencemaran lingkungan.
Produksi bahan-bahan kimia yang baru telah mengintroduksikan
bahaya-bahaya dan ketidak-pastian baru dalam masalah lingkungan hidup. Pembuangan sejumlah besar substansi
dapat-lapuk secara biologis (nitrat, deterjen yang mengandung fosfat, dsb.) ke
dalam lingkungan akuatik telah mempercepat eutrofikasi sungai dan danau, dimana
bahan-bahan kimia ini dan produk-produk
pelapukannya terakumulasi. Bahan kimia
yang tidak dapat lapuk secara biologis mungkin kurang begitu menarik perhatian,
namun sesungguhnya lebih berbahaya.
Sebagian bahan-bahan ini akan
terkonsentrasi pada saat mereka melalui rantai-rantai makanan (biomagnifikasi)
dan membahayakan kesehatan manusia dan ternak piaraannya, dan juga kehidupan
bebas lainnya.
Episode-episode krisis seperti tragedi asap industri di
London pada tahun 1952 menarik banyak perhatian dunia, tetapi polusi ringan
yang berlangsung berkepanjangan jelas
lebih serius mengancam kesehatan manusia dan mungkin juga dapat mengakibatkan
perubahan perilaku manusia sebelum mengalami gangguan kesehatan secara
fisik. Memang perlu memusatkan perhatian
kepada kesehatan dan kesejahteraan manusia, tetapi dampak penting lainnya juga
harus mendapatkan perhatian secara proporsional.
Keracunan yang dialami oleh manusia secara akut dan
kronis hanyalah merupakan salah satu bagian dari masalah polusi; polutan juga
mempunyai implikasi untuk pemeliharaan biosfer jangka panjang. Masalah-masalah jangka pendek biasanya lebih
sederhana, dan sebagian dapat diselesaikan secara pragmatis dengan pembidangan
yang lebih sempit. Dampak polutan jangka
panjang biasanya penuh tipu muslihat,
kronis dan seringkali bersifat komulatif.
Para ahli ekologis harus bertanya dampak apa saja yang dapat diakibatkan
oleh polutan ini terhadap struktur ekosistem nasional dan terhadap keragaman
biologis, dan apakah perubahan-perubahan seperti itu dapat mengancam
kelestarian kehidupan jangka panjang.
Kepercayaan yang dianut oleh sementara pihak, bahwa polusi terutama
polusi udara meru-pakan indeks yang
sangat penting untuk mencerminkan kondisi "kualitas
lingkungan" tampaknya terlalu
sempit. Banuak bentuk-bentuk degradasi
lingkungan lainnya yang juga mempunyai signifikansi jangka panjang yang sama
pen-tingnya atau bahkan lebih penting daripada polusi udara.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apa
itu efek lingkungan kimia?
2. Apa
saja efek lingkungan kimia?
3. Bagaimana
upaya mengendalikan efek lingkungan kimia.?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui efek lingkungan kimia.
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis efek lingkungan kimia.
3. Untuk
mengetahui upaya mengendalikan efek lingkungan kimia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Efek Lingkungan Kimia
Efek Lingkungan kimia didefinisikan sebagai suatu proses (polusi dari bahan kimia)
yang dapat dipacu oleh kegiatan manusia. Ditinjau
dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalahperistiwa penyebaran bahan
kimia dengan kadar
tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan
struktur maupun fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia.
Efek
lingkungan
Dampak Lingkungan
Lingkungan dan kualitas lingkungan telah didefinisikan,
namun demikian hingga batas-batas tertentu kita perlu mendalaminya. Dalam uraian di atas ada istilah "efek lingkungan". Di sini kita akan
mendefinisikan secara lebih tepat dalam rangka untuk melukiskan bagaimana istilah ini dan istilah-istilah
lain yang terkait akan digunakan. Dalam skema di atas, kegiatan manusia
meliputi usulan-usulan legislatif, kebijakan, program, proyek dan
prosedur-prosedur operasional. Efek
Lingkungan didefinisikan sebagai suatu
proses (seperti erosi tanah, dispersi polutan, penggusuran manusia) yang dapat
dipacu oleh kegiatan manusia. Dampak
Lingkungan merupakan perubahan neto (baik atau buruk) dalam hal kesehatan dan
kesejahteraan manusia (termasuk kelestarian ekosistem dimana manusia hidup)
yang dihasilkan dari efek lingkungan dan berhubungan dengan perbedaan antara
kualitas lingkungan yang akan terjadi
"dengan" dan "tanpa" kegiatan yang sama (Gambar 6.8). Indikator Dampak adalah suatu unsur atau
parameter yang menyediakan suatu ukuran
(paling tidak secara kualitatif) besarnya dampak lingkungan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan, kita tidak akan
membahas dampak pada skala kontinental dan global. Kita juga akan membatasi perhatian pada
hal-hal berikut ini. Sebelum perencanaan
yang komprehensif untuk pendugaan dampak
lingkungan (Gambar 9) kita melalui serangkaian
tahapan-tahapan yang semakin menyempit.
Perencanaan komprehensif didefinisikan sebagai semua
aktivitas yang terlibat dalam
perencanaan regional dan nasional untuk masa depan.
Pendugaan Lingkungan (sinonim: analisis lingkungan)
didefinisikan sebagai aktivitas
perencanaan lingkungan yang berkenaan dengan pendugaan kualitas lingkungan
dalam kondisi alamiah dan kondisi binaan.
(Misalnya penentuan pola hujan di suatu negara, pencemaran air dalam
suatu danau, dan lainnya).
B.
Jenis-Jenis
Efek Lingkungan Kimia
1. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah peristiwa
masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya kedalam air sehingga
menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan
perubahan bau, rasa, dan warna. Beberapa contoh polutannya sebagai
berikut :
a) Sabun, deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya. Bahan ini mengganggu lingkungan karena:
a) Sabun, deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya. Bahan ini mengganggu lingkungan karena:
• Menaikkan pH air. Jika memakai bahan non-pospat menaikkan pH
menjadi 10,5 - 11.
• Bahan antiseptik yang ditambahkan akan dapat membunuh/mengganggu
mikroorganisme.
• Sebagian
jenis sabun/deterjen tak dapat terdegradasi.
b) Bahan pemberantas hama/insektisida. Bersifat racun dan tak
dapat/sulit terdegradasi (beberapa minggu sampai beberapa tahun). Insektisida
sering dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga permukaan air akan
tertutupi minyak.
c) Zat pewarna. Bersifat racun dan cocarcinogenik
(merangsang/penyebab tumbuhnya kangker) dan dapat mempengaruhi kandungan
oksigen dan pH dalam air. Zat warna mengandung senyawa kimia berbahaya chromogen
dan auxsochrome.
d) Larutan penyamak kulit. Mengandung ion logam Cr, tidak dapat
untuk air minum. Sebagai pengganti Cr untuk bahan penyamak dipakai enzym.
Bersama lemak dan sisa kulit, enzym akan didegradasi menghasilkan senyawa yang
mudah menguap dan berbau busuk (hasil peruraian protein dan senyawa amin).
Populasi mikroorganisme akan bertambah dan memungkinkan berkembangbiaknya
bakteri patogen yang berbahaya.
e) Zat radioaktif. Penggunaan radiasi zat radioaktif di berbagai
bidang (pertanian, peternakan, kedokteran, hidrologi, farmasi, pertambangan,
industri) akan terbawa air ke lingkungan. Akibat radiasi dapat merusak sel
tubuh dan genetik.
Akibat
yang ditimbulkan oleh polusi air:
a. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya, kandungan oksigen
b. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air (eurotrofikasi)
c. Pendangkalan dasar perairan
d. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi
e. Dalam jangka panjang adalah kanker dan kelahiran cacat
f. Akibat penggunaan pertisida yang berlebihan sesuai selain membunuh hama dan penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk berguna terutama predator
g. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan, bahkan burung
h. Mutasi sel, kanker, dan leukeumia
a. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya, kandungan oksigen
b. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air (eurotrofikasi)
c. Pendangkalan dasar perairan
d. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi
e. Dalam jangka panjang adalah kanker dan kelahiran cacat
f. Akibat penggunaan pertisida yang berlebihan sesuai selain membunuh hama dan penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk berguna terutama predator
g. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan, bahkan burung
h. Mutasi sel, kanker, dan leukeumia
2.
Pencemaran
Udara
a. Penyebab
Pencemaran Udara
1) Faktor internal (secara alamiah), misalnya:
• debu beterbangan oleh tiupan angin
• abu atau debu dan gas-gas volkanik dari letusan gunung berapi
• proses pembusukan sampah
2) Faktor eksternal (karena ulah manusia), misalnya:
• pembakaran bahan bakar fosil
• debu atau serbuk dari kegiatan industri
• pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
b. Sumber Pencemar Udara
• transportasi
• industri
• pembuangan sampah
• pembakaran stasioner, dan lain-lain
c. Dampak Pencemar Udara
1. Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida
(CO)
Gas CO tidak berbau dan tidak berwarna. Pada keadaan normal
konsentrasinya di udara ± 0,1 ppm, dan di kota dengan lalulintas padat ± 10 -
15 ppm. Dampak pencemaran oleh gas CO antara lain:
• Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan
sampai kematian, karena CO bersifat racun .
2). Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx)
Gas NO tidak berbau dan tidak berwarna. Gas NO2 berbau
menyengat, berwarna coklat kemerahan. Sifat racun (toksisitas) NO2 empat
kalinya NO. Organ yang paling peka paru-paru, jika terkena NO2 akan
membengkak sehingga sulit bernapas sampai kematian. Konsentrasi NO yang tinggi
mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan berlanjut mengakibatkan kelumpuhan.
NO akan lebih berbahaya jika teroksidasi menjadi NO2..
3). Dampak Pencemaran oleh Oksida
Belerang (SOx)
SOx sebagian besar berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara. Bagi tumbuhan kadar SOx ± 0,5
ppm dapat menyebabkan timbulnya bintik-bintik pada daun. Jika paparan lama daun
menjadi berguguran.
• Bagi manusia SOx menimbulkan gangguan pernapasan. Jika SOx
berubah menjadi asam akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan
saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. SO2 dapat menimbulkan iritasi
tenggorokan tergantung daya tahan masing-masing (ada yang 1 - 2 ppm, atau 6
ppm). SO2 berbahaya
bagi anak-anak, orang tua, dan orang yang menderita kardiovaskuler. Otot
saluran pernapasan akan mengalami kejang (spasma). Akan lebih berat lagi jika
konsentrasi SO2 tinggi dan suhu udara rendah. Pada paparan lama akan
terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti paralysis cilia
(kelumpuhan sistem pernapasan), kerusakan lapisan ephitelium, akhirnya
kematian. Pada konsentrasi 6 - 12 ppm dengan paparan pendek yang berulang-ulang
dapat menyebabkan hiperplasia dan metaplasia sel-sel epitel yang akhirnya
menjadi kangker.
• Pada benda-benda, SO2 bersifat korosif. Cat dan
bangunan gedung warnanya menjadi kusam kehitaman karena PbO pada cat bereaksi
dengan SOx
menghasilkan PbS. Jembatan menjadi rapuh karena mempercepat
pengkaratan.
4). Dampak Pencemaran oleh Hidrokarbon
Pembakaran hidrokarbon menghasilkan panas. Panas yang tinggi
menimbulkan peristiwa pemecahan (Cracking) menghasilkan rantai
hidrokarbon pendek atau partikel karbon. Gas hidrokarbon dapat bercampur dengan
gas buangan lainnya.
5). Dampak Pencemaran oleh Partikel
Partikel (debu) yang masuk/mengendap dalam paru-paru dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan (pnevmokoniosis).
3.
Pencemaran
Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak,
zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara
tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat
berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka
ia dapat menguap, tersapu air hujan
dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut
dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Dampak pencemaran tanah
terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan,
jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang
terkena. Kromium, berbagai
macam pestisida dan herbisida merupakan
bahan karsinogenik untuk semua
populasi. Timbal sangat
berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Kuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan
hati.
Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada
saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan
ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak
kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan
kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah
dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga
dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1].
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme
endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah
tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan,
yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari
rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah
tersebut rendah, bagian bawah piramida
makanan dapat menelan
bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk
penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini,
seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya
cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya
spesies tersebut.
Dampak pada pertanian
terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan
penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada
konservasi tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan
tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh
yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
C.
Upaya
Pengendalian Efek Lingkungan Kimia
PENDEKATAN PENGENDALIAN DAMPAK
Dampak (-)
Dampak (-)
Terencanakan mendadak/darurat
Pengurangan/
|
Pikul;
|
Alternatif
|
Perubahan pelunakan: Bahaya
Bahaya/kerugian Kerugian
|
|
|
|
Perubahan
Perubahan Ringankan
Batas sebaran:
Lokasi Proses dg ganti Bahaya
rugi Kerugian
Manfaat
efek buruk
hingga batas Tanggung
Tentukan
toleransi bersama
lokasi
perlindungan
Usaha untuk menanggulangi dampak pencemaran lingkungan dapat
dilakukan secara teknis maupun secara nonteknis.
a. Secara teknis
Bila
berdasar kegiatan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dapat diduga
mungkin timbul pencemaran lingkungan, maka dipikirkan penanggulangan yang
mengutamakan keselamatan lingkungan, teknologinya telah dikuasai dengan baik,
dan secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan. Penanggulangan
secara teknis ini misalnya:
• Mengubah proses.
• Mengganti sumber energi.
• Mengelola limbah.
• Menambah alat bantu.
Misalnya untuk menaikkan angka oktana pada bensin dengan
ditambahkan zat aditif anti ketukan (anti knocking compound) dengan tetra
ethyl lead (TEL), (CH3CH2)4Pb. Hasil pembakarannya
mengandung Pb, maka ditambahkan zat aditif lain, yaitu 25 % 1,2-dibromoetana,
BrCH2CH2Br dan
10 % 1,2-dikloroetana, ClCH2CH2Cl dan 65 % TEL.
Campuran ini disebut ethyl fluid yang menyebabkan Pb diubah menjadi PbBr2 yang
mudah menguap sehingga mudah keluar dari silinder mesin bercampur gas buang.
Agar tidak mengandung ion Pb yang bersifat racun, maka untuk menaikkan angka
oktana dipakai benzena dan alkohol. Campuran 90 % bensin dan 10 % alkohol
disebut gasohol.
b. Secara nonteknis
Dengan menciptakan peraturan perundangan yang
dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan
industri dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran
lingkungan. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran
secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan di
suatu tempat, yang meliputi:
• Penyajian informasi lingkungan (PIL).
• Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
• Perencanaan kawasan kegiatan industri dan teknologi.
• Pengaturan dan pengawasan kegiatan.
• Penanaman perilaku disiplin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Efek Lingkungan kimia
didefinisikan sebagai suatu proses
(polusi dari bahan kimia) yang dapat dipacu oleh kegiatan manusia. Ditinjau
dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran
lingkungan adalahperistiwa
penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat
merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun
fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia.
Pencemaran lingkungan
berakibat terhadap kesehatan manusia,tata kehidupan, pertumbuhan flora dan
fauna yang berada dalam jangkauan pencemaran. Gejala pencemaran dapat terlihat
pada jangka waktu singkat maupun panjang, yaitu pada tingkah laku dan
pertumbuhan. Pencemaran dalam waktu relatif singkat, terjadi seminggu sampai
dengan setahun sedangkan pencemaran dalam jangka panjang terjadi setelah masa
20 tahun atau lebih.
B.
Saran
1.
Manusia
merupakan bagian dari lingkungan maksudnya manusialah yang menentukan kulaitas
dari pada lingkungan. Untuk itu, diperlukan manusia – manusia yang sadar
lingkungan
2.
Manusia diciptakan Tuhan untuk menghuni bumi.
Akan tetapi, manusia bukanlah segalanya dari lingkungan. Oleh karena itu,
menghargai lingkungan berarti menghargai diri sendiri
3.
Manusia sebagai anggota dari lingkungan yang
harus melaksanakan kewajiban dalam menjaga kelestarian, kestabilan dan
keindahan alam. Karena hal ini berarti menjaga kelangsungan hidup manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar