Kamis, 30 Mei 2013

manajemen rumah sakit



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Dalam fenomena manajemen dunia perumah sakitan saat sekarang ini telah menumbuhkan polemik baru dari segi filosofis, yaitu apakah rumah sakit dimungkinkan dikelola secara bisnis dalam arti menjadi suatu instansi yang profit marking. Polemik ini sudah tentu menyangkut landasan kenegaraan/falsafah kenegaraan kita, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Meskiupun demikian, dalam perkembangan dewasa ini, rumah sakit toh tidak mungkin dikelola semata-mata sosial. Dalam keadaan sekarangh seluruh rumah sakit swasta menghadapi realita kehidupan yang semakin meterialistis. Rumah sakit harus membayar teknologi kedokteran, listrik, air, dapur, dan bahkan imbalan jasa dokter dan paramedis dengan mengikuti harga pasar.
Dalam keadaan inilah, dari segi manajemen rumah sakit seolah-olah ketinggalan kereta. Tidak terlepas dalam hubungan ini adalah rumah sakit pemerintah dimana meskipun seluruh biaya eksploitasi/personel/gedung dan lain sebagainya ditanggung oleh pemerintah (secara teoretis), keperluan mengelola rumah sakit sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen adalah mutlak.
B.   Batasan Masalah
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam dunia perumahsakitan saat sekarang ini banyak sekali masalah-masalah yang terjadi akibat ketidakmantapan struktur rumah sakit itu sendiri, dan masih banyak lagi masalah yang menjadi sorotan.
Mengingat banyaknya masalah-masalah tersebut maka dalam penulisan makalah ini hanya mengambil dari segi masalah manajemen dan kecenderungannya kemasa depan akibat kesalahan manajemen.


C.   Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan kepada mahasiswa terutama mahasiswa kesehatan masyarakat tentang perumahsakitan yang nantinya dapat memperbaiki dan meningkatkan manajemen rumah sakit. Dan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam peningkatan pelayanan kesehatan kepada pasien dan masyarakat luas.
D.   Metodologi
Metodologi  yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kepustakaan yang banyak menyadur dan mengutip stegmen dan pernyataan dari buku-buku, majalah dan sebainya.


















BAB II
MANAJEMEN RUMAH SAKIT DAN BEBERAPA KECENDERUNGAN MASA DEPANNYA DI INDONESIA
A.   Manajemen Rumah Sakit
Masalah manajemen rumah sakit pada akhir-akhir ini memang banyak disorot. Tidak saja atas keluhan-keluhan masyarakat yang merasa kecewa dengan pelayanan rumah sakit, baik dari segi mutu, kemudahan, dan tarif, tetapi juga perkembangan zaman yang memang sudah mendesak ke arah perbaikan-perbaikan itu. Setidak-tidaknya ada beberapa alasan untuk meningkatkan kemampuan manajemen rumah sakit:
1.      Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang cepat.
Dalam 10-20 tahun terakhir, ilmu kedokteran (termasuk di Indonesia) telah berkembang tidak saja ke tingkat spesialisasi dalam bidang-bidang ilmu kedokteran, tetapi sudah ke superspesialisasi. Sejalan dengan ini, teknologi yang dipergunakan juga semakin meningkat. Bisa dipahami bahwa investasi dalam dunia kedokteran dan rumah sakit akan semakin mahal. Karena itu, manajemen rumah sakit yang tidak baik akan menimbulkan pelayanan kesehatan yang semakin mahal atau sebaliknya, bahwa rumah sakit tidak dapat berjalan dan bangkrut. Dalam hal ini perlu disadari bahwa dengan perkembangan tersebut, pelayanan rumah sakit pada dasarnya memang cenderung menjadi mahal.  
2.      Demand masyarakat yang semakin meningkat dan meluas.
Masyarakat tidak saja menghendaki mutu pelayanan kedokteran yang baik, tetapi juga semakin meluas. Masalah-masalah yang dahulu belum termasuk bidang kedokteran. Terjadi apa yang disebut proses medicalization. Dapat dimengerti bahwa karenanya beban rumah sakit akan semakin berat.

3.      Dengan semakin luasnya bidang kegiatan rumah sakit, semakin diperlukan unsur-unsur penunjang medis yang semakin luas pula, misalnya: masalah-masalah administrasi, pengelolaan keuangan, hubungan masyarakat dan bahkan aspek-aspek hukum/legalitas. Belum lagi kehendak pasien yang menghendaki unsur penunjang non medis yang semakin meningkat sesuai dengan kebutuhan manusia masa kini. Manajemen rumah sakit dengan demikian akan semakin kompleks. Makin lama makin dirasakan perlunya peningkatan pengelolaan rumah sakit secara profesional.
Ada kesan bahwa kecenderungan di atas kurang diperhitungkan. Rumah sakit seolah-olah “ketinggalan kereta” menanggapi kecenderungan itu. Disamping itu, juga masalah-masalah yang elementer banyak yang belum terselesaikan, misalnya seperti yang ditulis oleh J.Sadiman yaitu hubungan antara direksi rumah sakit dan penulis rumah sakit (yayasan) sehingga sering terjadi kesalahpahaman di antara keduanya.
Rumah sakit di Indonesia untuk sebagian besar ±70%, dimiliki oleh pemerintah. Sebagian rumah sakit swasta didirikan oleh lembaga/yayasan, khususnya dengan latar belakang keagamaan atau lembaga-lembaga sosial lainnya, yang biasanya diprakarsai oleh kalangan masyarakat atau orang-orang yang terhormat. Sudah tentu, rumah sakit seperti ini membawa misi sosial dan karena itu tidak profit marking. Mungkin karena sifat non-profit making inilah, ada kesan bahwa rumah sakit seperti ini dikelola “asal jalan” dan semata-mata mengutamakan pelayanan medis pasien-pasien yang dirawat. Kerugian yang ada biasanya akan ditangani lembaga-lembaga keagamaan/sosial yang bersangkutan, dari donasi/sumbangan yang diperolehnya.     
B.   Beberapa Masalah Pokok
Dalam hubungan ini ada beberapa masalah pokok yang perlu memperoleh perhatian:
1.      Hubungan Yayasan/Pemilik dengan Direksi Rumah Sakit
Hubungan yayasan/pemilik rumah sakit dengan rumah sakit sebenarnya tergantung dari kemampuan yayasan/pemilik rumah sakit sendiri dalam memahami masalah-masalah perumahsakitan. Sebagai pemilik, yayasanlah yang harus menentukan kebijaksanaan pokok pengelolaan rumah sakit serta memikul tanggung jawab terakhir terhadap akibat-akibat yang timbul dari pengelolaan rumah sakit tersebut.
Adapun pelaksanaan kebijaksanaan ini harus dilakukan oleh pimpinan rumah sakit/direksi rumah sakit yang bekerja dan bertanggung jawab kepada yayasan. Karena itu, adalah kewajiban pengurus yayasan untuk selalu mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan, sehingga dapat menetukan kebijaksanaan yang tepat. Apabila fungsi ini belum atau kurang dapat dilaksanakan oleh pengurus yayasan/pemilik rumah sakit, pengurus yayasan dapat mengangkat beberapa orang yang dianggap kompeten untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi atau saran-saran guna pengambilan keputusan bagi yayasan. Atau, pengurus yayasan dapat membentuk semacam badan yang mewakili yayasan dalam pengelolaan rumah sakit sehari-hari.
Dengan demikian, fungsi dari pengurus yayasan/pemilik dalam manajemen rumah sakit adalah semacam Governing Board, dengan fungsi utama yaitu merupakan suatu policy making system dari suatu rumah sakit yang akan menentukan corak rumah sakit tersebut pada masa kini atau di masa yang akan datang dan merupakan sebagai penghubung internal system dari rumah sakit tersebut dengan external system, serta untuk mengerahkan dukungan masyarakat terhadap rumah sakit itu. 
Dalam hal rumah sakit tersebut adalah rumah sakit pemerintah, badan semacam Governing Board (sebenarnya) juga dapat diadakan. Badan semacam ini bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai dengan tingkat hierarkis pemerintahan yang menunjuk. Sudah tentu, keanggotaan Governing Board ini merupakan kehormatan dan terdiri dari oran-orang yang telah menunjukkan kepemimpinan dalam masyarakat serta memahami fungsi dan peranan rumah sakit.
Dengan demikian badan ini dapat menjembatani kebutuhan masyarakat dengan kemampuan pemerintah di wilayah rumah sakit yang bersangkutan. Dalam hal ini, dengan memperhatikan kekhususan yang ada pada sistem pemerintahan kita, ketua Governing Board ini sebaiknya pejabat pemerintah yang menangani masalah-masalah perumahsakitan.
Dengan gambaran ini kiranya jelas hubungan antara yayasan/pemilik rumah sakit dan rumah sakit (yang diwakili oleh pimpinan/direksi rumah sakit). Direksi rumah sakit merupakan pelaksana kebijaksanaan sehari-hari, bertanggung jawab dan diangkat oleh yayasan/pemilik rumah sakit. Sudah tentu hubungan ini harus dituangkan dalam peraturan dasar rumah sakit tersebut, sehingga jelas adanya hak dan kewajiban yang saling mengikat antara rumah sakit dan yayasan/pemilik rumah sakit.  
2.      Hubungan Rumah Sakit-Dokter
Masalah ini juga sangat pelik sebab hampir seluruh rumah sakit yang besar sekalipun tidak memiliki dokter ahli yang tetap. Dewasa ini mereka bekerja secara lepas dan tersendiri dan rumah sakit semata-mata memberikan hak kepada dokter-dokter untuk merawat pasien di rumah sakit. Sebagian rumah sakit menyelenggarakan hubungan kerja secara part time untuk suatu jabatan rumah sakit tertentu, misalnya untuk direksi medis atau kepala-kepala bagian.

Namun sudah ada rumah sakit swasta yang justru melepas keterikatan dengan dokter-dokter ahli ini. Hubungan ini membawa implikasi yang pelik dalam hubungan keuangan. Dokter-dokter itu merupakan orang yang dihormati yang berada diluar organisasi rumah sakit dan tetap menentukan jalannya rumah sakit.
 Dengan peranan yang besar dari para dokter dan sebaliknya, begitu kendornya hubungan antara dokter dan rumah sakit dewasa ini tidak saja memberi dokter posisi unik di rumah sakit, tetapi juga sangat berpengaruh dalam memberikan warna terhadap pengelolaan rumah sakit secara keseluruhan. Karena itu, banyak direktur rumah sakit yang sebenarnya tidak bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi dokter-dokter.
Meskipun demikian, dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan manajemen rumah sakit seperti diatas, pola-pola hubungan itu sudah harus diletakkan dari sekarang. Dalam menghadapi masalah ini, rumah sakit sebenarnya lebih banyak harus menyesuaikan diri dengan kebijaksanaan pemerintah, karena hampir semua dokter spesialis berada dalam kewenangan pemerintah.
Dari segi manajemen, rumah sakit dapat saja bertahan dalam keadaan sekarang, artinya mempertahankan status hubungan sebagai dokter tamu atau status part timer dengan dokter-dokter ahli, atau sebagai konsultan, namun akhirnya masyarakat yang menjadi korban. Seperti yang kita lihat sekarang, dimana terjadi disparitas yang besar antara rumah sakit pemerintah dan swasta. Rumah sakit pemerintah mampu memberikan pelayanan yang murah, sehingga banyak dimanfaatkan banyak orang, tetapi berakibat kualitas pelayanannya sering dianggap kurang. Sebaliknya, dari segi pengabdian merupakan tempat pengabdian yang utama. Sedangkan di rumah sakit swasta, mereka memperoleh insentif dari aspek-aspek material.

Disparitas diatas mengesankan bahwa rumah sakit swasta untuk golongan yang mampu dan rumah sakit pemerintah untuk melayani golongan yang kurang mampu. Tetapi, dalam perkembangan waktu, rumah sakit pemerintah pun didorong untuk memiliki fasilitas golongan yang mampu dengan timbulnya fasilitas-fasilitas khusus  rumah sakit pemerintah. Disini juga dikomodir kepentingan dokter dari segi material.
Keadaan seperti ini, pada akhir-akhir ini telah memperoleh perhatian. Konon sedang dipikirkan, bagaimana rumah sakit juga dapat memiliki dokter-dokter ahli yang full time, sehingga pelayanan rumah sakit semakin dapat dijangkau oleh masyarakat luas.             
3.      Pengelola Rumah Sakit
Pengelolaan rumah sakit sehari-hari menjadi wewenang dan tugas direksi rumah sakit sendiri. Pada dasarnya, betapapun mungkin kebijaksanaan yang diberikan oleh pengurus yayasan/pemilik rumah sakit mungkin sudah baik, citra rumah sakit akan terbentuk oleh pelaksanaan tugas sehari-hari.
Seperti dikatakan di atas, masalah-masalah ini menjadi semakin kompleks. Pelayanan administrasi/penunjang/hubungan masyarakat dan aspek-aspek hukum/peraturan rumah sakit semakin luas. Hal ini memerlukan penanganan manajemen secara lebih profesional. Hospital mangement telah berkembang menjadi ilmu yang tersendiri. Sebaliknya, dengan peningkatan ilmu kedokteran ke tingkat superspesialisasi, ada anggapan bahwa dokter-dokter secara profesional sayang apabila menangani masalah-masalah yang non medis.
Masalah itu perlu dikemukakan, karena peranan dokter adalah sangat kuat dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia dewasa ini, yang dengan sendirinya mempengaruhi jalannnya organisasi-organisasi rumah sakit, yaitu penyelenggaraan organisasi diagnostik, therapy, perawatan pasien, penyediaan/logistik, administrasi/keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan lain sebagainya.
Tentunya akan sangata ideal, apabila seorang direktur adalah seorang dokter yang telah memperoleh pendidikan dalam Hospital Management. Tidak berlebihan bahwa para manajer rumah sakit di Indonesia telah banyak belajar dari pengalaman, namun dalam menghadapi perumahsakitan yang semakin kompleks, masalah ini perlu dipecahkan, sehingga kemampuan rumah sakit itu dapat ditingkatkan.
4.      Struktur Organisasi
Jika kita melihat penjelasan sebelumnya, maka jelaslah bahwa ada tiga badan yang sangat penting dengan tugas dan wewenang yang cukup jelas, yaitu:
a.       Pemilik Rumah Sakit/Yayasan/Governing Board
b.      Direksi Rumah Sakit.
c.       Staf Kedokteran (Medical Staff)
Ketiga badan ini, sesuai dengan fungsi dan wewenangnya yaitu saling mengisi dan mengontrol, sehingga tercapai keseimbangan untuk mengarahkan tujuan yang hendak dicapai oleh rumah sakit itu.
Tetapi khusus di Indonesia, ketiga badan ini pada umumnya masih sering terjadi semacam conflict of interest dari masing-masing anggota badan tersebut, karena dari segi personalia sering tidak dapat dipisahkan tugas seorang dokter yang menjadi direksi rumah sakit yang sekaligus merawat pasien atau anggota yayasan yang juga merawat pasien. Dalam tahap sekarang masalah ini memang dalam batas-batas tertentu tidak dapat dihindari, karena peranan yang besar dari para dokter dalam badan-badan tersebut. Masalah ini dalam tahap pertama tentunya dapat dikurangi dengan suatu job discription yang sejelas-jelasnya.
Di masa depan, dengan perkembangan rumah sakit yang semakin kompleks, tentunya dianjurkan adanya pemisahan yang jelas. Dalam hubungan ini, untuk kemudahan komunikasi ketiga badan ini dapat membentuk semacam “Badan Musyawarah” yang merumuskan dan menampung permasalahan-permasalahan yang ada, sebelum diputus oleh yayasan/Governing Board/pemilik rumah sakit.
Kepentingan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan rumah sakit memang sudah mendesak. Dalam tahap pertama, perlu disadari pentingnya keseragaman pandangan di antara pendukung suatu rumah sakit, baik pengurus yayasan, direksi dan para dokter, rumah sakit, lambat atau cepat, semakin dihadapkan pada masalah-masalah yang semakin pelik. Untuk itu pengelolaan rumah sakit harus semakin ditingkatkan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen yang berlaku.
Apabila masalah ini sudah dicapai, direksi rumah sakit yang bertugas mengelola rumah sakit akan banyak didorong dan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip Hospital Administration secara semestinya.    
C. Kecenderungan Masa Depan Rumah Sakit
Banyak rumah sakit yang mengalami kesulitan biaya dan akan dijual, tidak mampu lagi membayar biaya rumah sakit. Hanya (20-30)%, rakyat yang mampu membayar rumah sakit, semetara rumah sakit mendapat kesulitan untuk membayar gaji karyawan-karyawan. Rumah sakit adalah suatu proyek yang bersifat labour interview sehingga biaya personel akan sangat besar (Majalah Asian Medical News, 3 Juli 1979).
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pada saat sekarang ini memang banyak rumah sakit yang sudah dijual karena ketidakmampuan lagi rakyat untuk membayar biaya rumah sakit, sehingga sulit dalam pembayaran rumah sakit serta gaji para karyawan.
  1. Perkembangan Manajemen Rumah Sakit
Manajemen rumah sakit memang semakin kompleks dan makin banyak disiplin ilmu yang terlibat di dalamnya. Tidak saja profesi kedokteran, tetapi juga teknik, ekonomi, hukum, akuntan, dan lain-lain. Di Amerika Serikat, rumah sakit dengan 160 tempat tidur sudah menggunakan komputer.
Perkembangan itu sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi, penemuan obat-obatan, dan bahkan kebutuhan masyarakat modern pada umumnya. Rumah sakit, seperti halnya pelayanan kesehatan pada umumny, makin luas jangkauannya dan bahkan menjangkau hal-hal yang dulu dianggap bukan masalah kesehatan. Inilah yang dinamakan proses medicalization, yang memprluas jangkauan masalah kesehatan dan merupakan satu faktor dari kenaikan biaya kesehatan.
Meskipun demikian, lkenaikan biaya itu tidak sama di berbagai negara, tergantung berbagai faktor yaitu antara lain: tersedianya tempat tidur, sistem keuangan dan bahkan teknologi yang diterapkan. Tetapi, kenaikan biaya rumah sakit selalu lebih besar dibandingkan dengan komponen-komponen lain dari biaya kesehatan.
Di awal perkembangan rumah sakit dihampir semua negara, perkembangan rumah sakit menunjukkan kecenderungan yang sama. Ada suatu periode di mana profesi kedokteran memegang peranan yang besar pada awalnya. Manajemen rumah sakit masih sederhana, sehingga masih belum perlu ditangani oleh profesi yang lainnya. Di pihak lain, persoalan yang dihadapi rumah sakit masih sebagian besar masalah-masalah yang menyangkut medis, sehingga meskipun ada profesi yang lain, masih sekadar bersifat penunjang. Masalah kesehatan masih merupakan beban yang terbesar. Di Indonesia untuk beberapa mungkin masih agak lama masih dalam periode ini.
Di Indonesia, perkembangan spesialisasi ke sub-spesialisasi ini telah berlangsung sekitar 10-15 tahun. Keadaan seperti ini membawa akibat dalam banyak hal. Organisasi rumah sakit makin lama makin besar, berhubung semakin terpecah menjadi unit-unit yang kecil. Masalah administrasi/informasi yang sangat penting dalam menentukan pola manajemen rumah sakit juga semakin besar dan banyak teknologi yang digunakan juga semakin meningkat. Rumah sakit dengan demikian tidak asja menjadi proyek yang labour intensive tetapi juga menggunakan teknologi yang tinggi. Bisa dipahami, apabila biaya rumah sakit semakin meningkat dengan cepat.
Perkembangan itu akan berakibat ganda, pendidikan dokter akan semakin lama dan mahal. Enam tahun menjadi dokter umum, 4 tahun untuk mencapai spesialisasi dan entah beberapa tahun untk superspesialisasi. Ini berakibat bahwa dokter-dokter makin tidak sempat lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi/manajemen dan bahkan sayang apabila investasi dalam pendidikan dokter yang mahal itu digunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan non medis.
Sebaliknya, dengan organisasi rumah sakit yang semakin besar, makin diperlukan kemampuan manajemen, pengelolaan uang, sistem informasi yang semakin meningkat. Peranan profesi lain semakin penting yang menimbulkan peranan yang semakin besar dari administrator rumah sakit, dan sebaliknya menempatkan dokter-dokter sebagai tamu, yaitu orang yang dihormati di rumah sakit meskipun masih sangat menentukan jalannya rumah sakit. Bentuk yang terakhir ini banyak ditemui di Amerika Serikattma di rumah sakit swasta yang profit making.        
  1. Masa Depan Rumah Sakit
Rumah sakit dewasa ini sedang menghadapi suatu masa yang kritis. Di negara-negara maju, rumah sakit menghadapi kritik yang tajam, baik dari masyarakat maupun pemerintah, khususnya mengenai biaya rumah sakit yang sangat tinggi. Di negara-negara berkembang, rumah sakit didorong untuk mampu meningkatkan pelayanan dengan tingkat teknologi yang tinggi dan kenyamanan, agar dapat memenuhi kebutuhan dan selera segenap masyarakat, tanpa memperhatikan kemampuanmasyarakat untuk dapat memikul beban biayanya.
Rumah sakit ternyata telah mengambil bagian terbesar dalam pembiayaan pelayanan kesehatan. Sekitar 50% biaya pelayanan kesehatan akan tersedot bagi rumah sakit. Namun biaya yang tinggi itu ternyata banyak yang sebenarnya tidak perlu. Tidak saja banyak kasus yang sebenarnya terlalu lama dirawat di rumah sakit melebihi waktu yang diperlukan, tetapi juga banyak tindakan yang sebenarnya tidak perlu, tetapi toh dilakukan di rumah sakit. Di Amerika Serikat, sekitar 30% operasi jantung terbuka ternyata sebenarnya tidak perlu, sedangkan biaya operasi jantung sedikitnya berjumlah sekitar 20.000 dolar AS per kasus.
Krisis rumah sakit semacam itu memang sedang berlangsung, khususnya di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya. Tetapi untuk sebagian juga akan terjadi di banyak negara berkembang dan bahkan mungkin sudah terjadi, apabila sejak awal masala-masalah yang sering di belakang krisis itu tidak atau kurang diperhatikan.
a.       Masalah Perencanaan
Masalah perencanaan merupakan awal dari kesalahan-kesalahan itu dan dalam hal ini sudah tentu setiap negara mempunyai permasalahannya sendiri yang khas.
Perencanaan rumah sakit di negara-negara maju sedikit menghadapi kondisi yang berbeda, terutama disebabkan oleh perubahan-perubahan yang cepat dalam bidang pelayanan kesehatan sejak dasawarsa 70-an. Perubahan itu antara lain disebabkan oleh perkembangan teknologi kedokteran, biaya pelayanan kesehatan rumah sakit yang juga meningkat dengan cepat.
b.      Manajemen
Manajemen rumah sakit merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan dan bahkan merupakan salah satu sendi utama dalam kegiatan sehari-hari. Manajemen administrasi rumah sakit punya kewajiban dan juga tanggung jawab moral serta hukum untuk memberikan mutu pelayanan yang sesuai standar untuk pasien yang ditanganinya.
Agar dapat memberi pelayanan dengan baik maka dibutuhkan berbagai sumber daya yang baik. Istilah manajemen sendiri berasal bahasa latin manui, berarti tangan yang pegang kendali kuda agar sang kuda dapat diarahkan mencapai tujuan yang dengan baik.
Rumah sakit punya kewajiban dan juga tanggung jawab moral serta hukum untuk memberikan mutu pelayanan yang sesuai standar untuk pasien yang ditanganinya. Pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dimulai dengan standar etika manajerial yang tinggi pula. Manajemen mutu harus meliputi kegiatan-kegiatan:
§  Sistem untuk memberlakukan standar professional, baik dari sudut tingkah laku, organisasi serta penilaian kegiatan sehari-hari.
§  Sistem pengamatan agar pelayanan selalu diberikan sesuai standar dan deteksi bila terdapat penyimpangan.
§  Sistem untuk senantiasa menunjang berlakunya standar professional.
c.       Pembiayaan rumah sakit
Sementara itu rumah sakit dihadapkan pada biaya yang selalu meningkat, rumah sakit juga dihadapkan pada kepentingan pemerintah di mana saja dan masyarakat yang menghendaki biaya rumah sakit yang wajar, syukur dapat murah.
Sekali lagi, betapapun rumah sakit itu secara alamiah adalah mahal, karena rumah sakit toh harus tetap merupakan institusi sosial, namun yang menjadi masalah selalu tidak saja biaya rumah sakit yang mahal, juga pemakaian rumah sakit yang ternyata tidak efisien dan berlebihan. Untuk sebagian hal ini juga disebabkan oleh sistem pembiayaan  sakit itu sendiri.
Ideologi baru ternyata telah mampu menekan biaya pelayanan kesehatan di berbagai negara, sehingga rumah sakit yang tidak efisien dipaksa untuk gulung tikar. Ideologi baru ini telah menampilkan wajah pelayanan kesehatan dengan berbagai ciri/sifat sistem pembiayaan tertentu, antara lain seperti di bawah ini:
1.      Mengubah sistem pembiayaan
2.      Mengubah sistem orientasi pelayanan
3.      Penggunan teknologi tepat guna.  





BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Setelah penyusunan makalah ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
a.       Kesalahan-kesalahan dalam manajemen rumah sakit karena banyaknya masalah-masalah pokok yang belum menetapkan perhatian penuh seperti hubungan yayasan/pemilik dengan direksi rumah sakit.
b.      Kecenderungan masa depan terhadap perkembangan manajemen dalam rumah sakit, diharapkan dapat berkembang sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi, penemuan obat-obatan, dan bahkan kebutuhan, masyarakat moderen pada umumnya yang natinya rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas.  
B.  Saran
Berdasarkan materi pambahasan diatas dapat diberikan saran sebagai berikut:
1.      Organisasi rumah sakit haruslah jelas dan berubah agar dapat mengantisipasi berbagai perubahan sebagai upaya yang perlu dilaksanakan oleh para pengelola rumah sakit dalam mempersiapkan diri menyambut masa depan.
2.      Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki peran yang strategis dalam upaya untuk mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Ø  Sistem pelayanan rumah sakit yang berjalan selama ini harus ditijau kembali untuk mengantisipasi persaingan tingkat dunia.
Ø  Rumah sakit merupakan suatu lembaga kesehatan yang memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat memuaskan para konsumen.
Semoga pula manajemen rumah sakit yang sedang berkembang ini dapat terus dikembangkan di negara kita, agar bersama-sama dengan manajemen kesehatan lainnya dapat memberi peran maksimal dalam upaya kita bersama meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan bangsa kita, bangsa Indonesia kedepan

DAFTAR PUSTAKA
Sulastomo, 2003. Manajemen Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sulastomo, 1998. Beberapa Masalah Pelayanan Kesehatan. Jakarta: LISIK.






































Tidak ada komentar:

Posting Komentar